Mantan Presiden
ke-7 RI, Joko Widodo di acara penutupan Munas ke-XI Partai Golkar 2024 di JCC,
Senayan, Rabu, 21 Agustus 2024/RMOL
JAKARTA — Isu musyawarah nasional luar biasa
(Munaslub) Partai Golkar diduga kuat menjadi bagian dari langkah untuk
memberantas pengaruh mantan Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo
(Jokowi) di partai politik (parpol) berlogo pohon beringin itu.
Pengamat Citra Institute, Efriza menilai kepemimpinan Partai
Golkar saat ini lahir dalam suasana yang tidak lazim karena Bahlil Lahadalia
terpilih menjadi Ketua Umum Golkar karena pengaruh Jokowi.
"Mendorong terjadinya pergantian kepemimpinan di tubuh
Golkar melalui Munaslub, bisa saja merupakan bagian dari strategi untuk
menyingkirkan figur-figur yang terlalu Jokowi sentris," ujar Efriza
kepada RMOL, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Menurutnya, Golkar sebagai salah satu kekuatan politik besar
berpotensi tersingkir dari peta politik nasional apabila masih mempertahankan
Bahlil sebagai ketua umum.
"Jika Golkar sebagai salah satu pilar besar koalisi
dipimpin oleh tokoh yang secara politik lebih loyal pada Jokowi, yang merupakan
mantan presiden, daripada ke Prabowo yang kini sebagai presiden, maka ini
menjadi hambatan dalam konsolidasi kekuasaan yang sedang dilakukan,"
tuturnya.
Oleh karena itu, Efriza meyakini internal Golkar menyadari
dinamika politik nasional sekarang ini tidak bisa memainkan dua peran
sekaligus, dalam arti masih mengakomodir rezim kekuasaan yang sudah berakhir
tetapi di sisi lain berada dalam koalisi penguasa yang duduk saat ini.
"Prabowo meski sebagai Presiden, tapi muncul persepsi
sebagai penerus Jokowi. Karenanya, diyakini Presiden Prabowo ingin melakukan
penataan ulang loyalitas politik di kabinet," ucap Efriza.
"Utamanya, juga terhadap ketua umum partai yang dianggap
loyalitasnya lemah terhadap Prabowo sebagai presiden," demikian magister ilmu
politik Universitas Nasional (UNAS) itu menambahkan. **