Ketua Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia
(KAMI) Adhie M Massardi di acara peringatan lima tahun pendirian KAMI di
Yogyakarta, Senin 18 Agustus 2025. (Foto: dokumentasi pribadi)
JAKARTA — Penangkapan mantan Wakil Menteri
Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer alias Noel dalam drama Operasi Tangkap Tangan
(OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak hanya spektakuler, tetapi
juga menjanjikan cerita misteri.
Spektakuler karena Noel adalah anggota kabinet pertama
Prabowo yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Misteri karena Noel
adalah pemimpin paling militan dari Ketua Umum Relawan Jokowi Mania (JoMan),
yang kemudian bertransformasi menjadi Prabowo Mania.
“Misterinya memang di situ.” jelas Adhie M Massardi. “Apakah
Noel ditarget KPK karena dianggap murtad dari Jokowi Mania?” tambahnya.
Pertanyaan ini muncul karena semua tahu selama ini KPK
dianggap “komisariat” JoMan di Kuningan. Menjadi kepanjangan tangan rezim Joko
Widodo dalam menjerat lawan-lawan politik. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
contohnya.
“Apalagi sebelum dilantik sebagai Komisioner KPK, saya dengar
kabar angin bahwa Setyo Budiyanto Cs baiat (sumpah setia) kepada Widodo. Memang
ini agak tak masuk akal tapi siapa tahu (benar)?” ungkap Adhie.
Tapi Ketua Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan
Indonesia (KAMI) yang sedang menggalang Koalisi Penjaga Kebenaran (KPK) ini
berharap kabar tentang baiat Setyo cs hoax. Dan penangkapan Noel 100% kegiatan
pemberantasan korupsi, bukan karena Setyo ingin menggantikan posisi Noel
sebagai Ketua Umum Jokowi Mania.
Menggali Berkas Skandal
Gibran-Kaesang
“Kita lihat hari-hari ke depan. Kalau KPK mau mengggali
kembali berkas skandal gratifikasi yang melibatkan Gibran dan Kaesang, yang
dilaporkan Ubedilah Badrun tapi langsung dikubur dalam-dalam oleh Komisioner
KPK, berarti KPK bukan bagian dari jaringan Jokowi Mania!”
“Apalagi kalau akhirnya KPK juga berani meriksa Bobby
Nasution, menantu Joko Widodo, menyusul ditangkapnya orang paling dipercaya
Bobby, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sumatera Utara
Topan Obaja Putra Ginting.”
“Lebih afdol lagi jika KPK mau nayangkan video OTT di Medan
itu ke publik agar masyarakat tahu siapa saja sebetulnya komplotan koruptor
yang di-OTT itu,” sambung Adhie.
Adhie berharap penangkapan Noel menjelaskan bahwa KPK kini
sudah siuman dan kembali berjalan di jalur pemberantasan korupsi.
“Oya, pesan saya, skandal permainan kuota haji yang kini
ditangani KPK yang melibatkan bekas Menag Yaqut jangan dikanalisasi hanya
menjadi permainan penyelenggara haji dan biro jasa haji. Karena masalahnya jauh
lebih kompleks, melibatkan orang-orang Istana waktu itu.”
“Akan lebih oke lagi bagi ummat (Islam) jika saat meriksa
skandal kuota haji KPK nyempatkan ngintip brankas dana haji. Apa masih ada
uangnya?” kata Adhie.
“Selamat kembali ke jalan kebenaran, KPK!” pungkas Adhie M
Massardi. (rmol)