Pegiat media sosial, Herwin Sudikta
JAKARTA — Pegiat media sosial Herwin Sudikta
menanggapi demonstrasi besar-besaran di beberapa kota besar Indonesia selama
beberapa hari terakhir.
Demonstrasi ini bukan sekadar menyuarakan aspirasi; para
pengunjuk rasa, yang melanjutkan demonstrasi hingga larut malam, membakar
gedung-gedung dan menjarah rumah-rumah pejabat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, rumah Ahmad Sahroni, Eko
Patrio, Uya Kuya, dan Sri Mulyani menjadi sasaran massa pengunjuk rasa.
"Segera cabut semua keputusan kenaikan gaji dan
tunjangan anggota DPR RI," ujar Herwin kepada fajar.co.id, Minggu (31/8/2025).
Bukan hanya itu, kata Herwin, Presiden Prabowo Subianto mesti
berani melakukan evaluasi di lingkungan kabinetnya.
"Reshuffle kabinet, bersihkan kabinet dari pengaruh
Solo. Copot Kapolri, makzulkan Fufufafa," sebutnya.
Dikatakan Herwin, aksi unjuk rasa 2025 ini meskipun terbilang
besar-besaran, namun berbeda dengan aksi pada 1998 lalu.
"1998 rakyat melihat sosok (meski belum sempurna) yang
bisa diproyeksikan sebagai simbol perubahan. Harapan itu yang jadi bahan bakar
demonstrasi," Herwin menuturkan.
"Di 2025, gelombang protes besar memang ada, tapi yang
hilang adalah trust reservoir, tidak ada figur yang mampu menampung
aspirasi," tambahnya.
Kata Herwin, tidak ada wajah yang dipercaya bisa menyalurkan
energi massa menuju perubahan politik yang nyata saat ini di pemerintahan
Prabowo-Gibran.
"Ini membuat demo terasa seperti ledakan spontan tanpa
arah jelas. Rakyat sudah terlalu skeptis pada elit. Seolah semua pilihan sama
busuknya," tandasnya.
Lebih lanjut, Herwin blak-blakan mengatakan bahwa elite
politik agar menyediakan harapan pada bangsanya sendiri.
"Jadi, bukan rakyat yang kehilangan semangat untuk
menjadi bangsa yang hebat, di sinilah letak gawatnya. Negara dengan kemarahan
tanpa harapan adalah negara rapuh," kuncinya. **