Menteri ATR/Kepala BPN,Nusron Wahid
JAKARTA — Anak buah Presiden Prabowo Subianto kembali
membuat blunder. Pernyataan dan pertanyaan Nusron Wahid, soal "Emang
embah-embah dulu bisa membuat tanah?", seakan menantang publik.
Nusron Wahid kemudian mengakui kesalahannya. Setelah
pernyataannya yang kontroversial bahwa semua tanah milik negara memicu protes
luas, Nusron akhirnya mengakui kesalahannya. Ia juga meminta maaf. Ia bahkan
mengakui bahwa pernyataannya hanyalah candaan.
Kritik dan protes yang meluas terhadap pernyataan Nusron
Wahid bermula dari ucapannya yang dianggap kasar dan bahkan terkesan menantang
publik.
Awalnya, Nusron mengaku setiap hari mendapat protes dari para
pemilik tanah yang tanahnya dirampas negara.
Ia mengklaim bahwa ia hanya menekankan bahwa tidak ada pihak
yang memiliki tanah tersebut kecuali negara. Ia menyatakan bahwa siapa pun yang
memegang sertifikat berhak sepenuhnya untuk menguasainya.
"Ya, protes ya tiap hari protes. Namanya orang, di mana
haknya dinyatakan telantar, merasa dia punya kan ... 'Oh ini tanahnya
embah-embah saya, leluhur'. Saya mau tanya, emang embah-embah dulu bisa membuat
tanah? Gak bisa membuat tanah, manusia itu gak bisa membuat tanah," kata
Nusron usai Talkshow ILASPP di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Rabu (6/8).
Nusron pun mengakui pernyataannya tersebut keliru. Dia lalu
meminta maaf ke masyarakat.
"Saya atas nama Menteri ATR BPN Nusron Wahid
menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, kepada
publik, kepada netizen atas pernyataan saya beberapa waktu yang lalu yang viral
dan menimbulkan polemik di masyarakat dan memicu kesalahpahaman," katanya
dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (12/8).
Nusron mengatakan ia sebenarnya ingin menjelaskan soal
kebijakan pemerintah terhadap tanah terlantar. Mengutip pasal 33 ayat 3 UUD
1945, Nusron mengatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
Menggerus Wibawa
Pemerintah
Blunder perkataan dan kebijakan para menteri maupun pejabat
di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto silih berganti bermunculan. Belum
reda polemik yang diciptakan para pejabat dan lembaga negara, muncul lagi
polemi baru yang diperbuat anak buah Prabowo.
Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto
meminta para pejabat, terkhusus Nusron Wahid agar berhati-hati dalam ucapannya
ke masyarakat. Dia mengingatkan soal peribahasa "mulutmu harimaumu".
Hari Purwanto mengingatkan Nusron Wahid agar tidak asal
berbicara mengenai kebijakan pemerintah ke masyarakat.
Dampak akibat asal berbicara, kata Hari Purwanto, bisa fatal
yakni tergerusnya wibawa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
"Nusron harus ingat peribahasa mulutmu harimaumu,
hati-hati dalam berbicara dan menjaga ucapan agar tidak menimbulkan masalah.
Jabatan yang diemban dan disumpah Al-Qur'an kok dijadikan guyonan," kata
Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto dilansir dari
RMOL, Selasa 12 Agustus 2025.
Menurut Hari, jika Nusron mau mempertanyakan segelintir orang
yang memiliki tanah karena dekat dengan kekuasaan maka seharusnya tidak lantas
menyamaratakannya dengan kepemilikan lahan setiap individu warga negara.
Apalagi pernyataan tersebut bertolak belakang dengan latar
belakang Nusron yang pernah mengenyam dunia pesantren. Menurut dia, Nusron
harusnya sadar jabatan yang diemban bukan guyonan.
"Jika memang Nusron bertanggungjawab atas pernyataannya
lebih baik mundur dari kabinet. Atau ada baiknya PS (Prabowo Subianto)
mengevaluasi Nusron yang cenderung mempermainkan wibawa pemerintahan,"
tukas Hari Purwanto. (fajar)