Ijazah Jokowi
JAKARTA — Seorang pria bernama Widodo
dituding sebagai salah satu aktor utama di balik ijazah mantan Presiden
Indonesia Joko Widodo (Jokowi) yang diklaim palsu.
Tudingan itu dilontarkan politikus senior Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) Beathor Suryadi. Menurut Beathor, Widodo terkait
dengan pembuatan ijazah palsu Jokowi di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.
Widodo adalah mantan anggota tim pendukung Jokowi. Ia mengaku
telah mengenal Jokowi selama puluhan tahun.
“Saya kenal Pak Jokowi dalam profesional pekerjaan,” ujar
Widodo dalam acara Rakyat Bersuara di iNews, Selasa malam, (1/7/2025).
“Jadi, 2001 sebelum [Jokowi] jadi wali kota,” kata pria
berkacamata itu.
Widodo mengaku pernah membantu perusahaan Jokowi. Adapun dalam hal dukungan politik, dia mengaku terakhir membantu Jokowi pada tahun 2014 ketika pemilu.
Kronologi pembuatan
ijazah Jokowi menurut Beathor
Awalnya Beathor mengaku mendapat informasi dari Eko Sulistyo,
mantan KPUD Solo dan mantan anggota Tim Pemenangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Menurut Beathor, Eko dan Widodo adalah mantan tim Solo.
“Dalam penjelasannya Mas Eko, pada 2005 Jokowi memakai dua
[gelar], doktorandus dan insinyur . Yang problem bagi kita, yang doktorandus
dari kampus mana, yang insinyur dari kampus mana,” kata Beathor dalam acara
yang sama.
Beathor mengklaim sejak tahun 1985 hingga 2005 Jokowi tidak
pernah datang ke kampus UGM, bertemu dengan kawan-kawannya, dan lainnya.
“Waktu dia menjadi wali kota 10 tahun, dia enggak pernah
bikin reuni di Solo mengundang, teman-temannya. Padahal, anak-anak Solo yang
alumninya UGM cukup banyak.”
“Kita mendapat penjelasan juga dari F.X. Rudi, Ketua DPC
[PDIP Solo], bahwa pada waktu 2005 itu proses administrasi ke KPU bukan
dilakukan oleh kader partai, tapi oleh tim. Karena itu terus ketemu Mas Eko.
Mas Eko terus memberi penjelasan bahwa seharusnya setelah menang itu, Pak
Jokowi melakukan publik expose supaya jelas siapa dia.”
Setelah tim Solo masuk Jakarta (2012), kawan-kawan di Jakarta
membantu melengkapi dokumen yang kurang.
“Mereka menyatakan bahwa Jokowi kurang dokumen,” kata
Beathor. Salah satu yang menyatakannya adalah Denny Iskandar, seorang kader
PDIP.
Kemudian, Beathor mengatakan semua dokumen itu dilengkapi. Beathor mengatakan Widodo adalah orang kepercayaan Jokowi.
“Jadi yang mempertemukan Denny ke Pak Jokowi ya Pak Wid,
dong,” lanjutnya.
Dia mengklaim ada pertemuan kelompok Jakarta dan kelompok
Solo. Lalu ada pertemuan lagi di Cikini untuk membahas kekurangan dokumen
Jokowi. Dokumen itu lalu dilengkapi agar bisa disetorkan kepada KPUD.
Beathor mengklaim Denny adalah orang yang mengatur draf-draf
dokumen karena dia adalah anggota partai yang berkawan banyak dengan anggota
KPUD.
Ketika ditanya oleh Beathor apakah ikut ke Pasar Pramuka
untuk membuat dokumen (termasuk ijazah), Denny mengaku tidak ikut karena hanya
Widodo yang ke sana.
Widodo buka suara
Widodo menanggapi tudingan bahwa dia punya kaitan dalam
pembuatan dokumen Jokowi. Dia mengklaim tidak punya pengalaman dalam bidang
administrasi dokumen.
“Sementara ini, saya enggak pernah dan enggak punya
pengalaman di bidang itu, dan Pak Jokowi juga enggak pernah menugaskan saya
untuk mengurusi pekerjaan itu,” kata Widodo.
Menurut Widodo, Jokowi (selama menjadi wali kota dan
gubernur) hanya memintanya membantu pekerjaan bendahara dalam tim pemenangan.
“Dalam hal ini saya membantu Pak Prasetyo Edi Marsudi
(politikus PDIP), kalau kaitannya dengan 2012,” kata Widodo.
Lalu, Widodo membantah anggapan bahwa dia sempat menghilang
secara misterius.
“Saya tidak mau menceritakan dari 2012 sampai 2025. Saya
menceritakan 2024 saja,” katanya.
Pada tahun 2024, Widodo mengaku tidak menghilang. Buktinya,
dia pernah bertemu dengan jurnalis Aiman Witjaksono.
Setahun kemudian Widodo mengklaim banyak berinteraksi dengan
tokoh senior partai.
Lalu, Widodo buka suara mengenai tuduhan bahwa dia otak di
balik pembuatan ijazah Jokowi di Pasar Pramuka.
Awalnya Widodo menyebutkan enam orang dari Solo yang mendapat
ajakan dari Jokowi. Salah satunya adalah dia sendiri.
Keenamnya tidak diajak secara berbarengan, tetapi dalam
beberapa tahap. Pada tahap pertama ada empat orang, salah satunya Eko
Sulistyanto. “Pada tahap sebelum pendaftaran sampai pendaftaran,” kata Widodo.
Adapun Widodo ikut dalam tahap kedua, yakni setelah
pendaftaran dan sebelum kampanye.
“Karena tugas saya membantu bendahara. Jadi, tidak ada korelasinya pekerjaan untuk pemenuhan dokumen itu," ucapnya. (tribunnews)