Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Foto: Dok. Tim DPP PDIP 

 

JAKARTA — Polemik terkait dugaan ijazah palsu akhir-akhir ini terus menyedot perhatian publik. Di tengah ramainya polemik ijazah palsu, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pun turut merasa terganggu. Pasalnya, permasalahan tersebut terkesan terlalu pelik jika hanya sebatas asli atau palsu.

 

Megawati menilai polemik mengenai keaslian ijazah tersebut seharusnya tidak perlu berlarut-larut jika dokumen tersebut memang benar adanya. Pernyataan tersebut disampaikan Megawati saat menghadiri peluncuran buku 'Pengantar Pemahaman Konsep Dasar Mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)' di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta Pusat, dilansir jawapos, Rabu (14/5).

 

"Supaya benar pinter, orang banyak sekarang itu gonjang-ganjing urusan ijazah benar atau enggak. Lah kok susah amat ya, kan kalau ada ijazah ya udah dong kasih aja. Ini ijazah saya, gitu loh," kata Megawati.

 

Ia mengaku heran, mengapa persoalan seperti ini menjadi rumit dan berlarut-larut, padahal keaslian ijazah bisa dibuktikan secara langsung. Di sisi lain, Megawati juga menyoroti fenomena orang-orang pintar yang justru membuatnya pusing dalam memahami arah pemikiran mereka.

 

“Nah, dengan demikian ini kan saya pusing urusin orang pinter-pinter. Pertama kali saya ketemu, pastikan pikiran orang pintar kan menuju ke mana. Saya mesti memperkenalkan dong. Saya sendiri juga bingung,” ucap Megawati.

 

Presiden ke-5 RI itu menekankan bahwa dirinya punya bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan sejumlah gelar yang didapat dari berbagai universitas.

 

“Tapi saya punya bukti. Kata orang, profesor saya tiga, baru doktor honoris causa saya 11. Masih nunggu lagi empat. Makanya saya bilang, loh kok bingung loh. Kok Prof 11, tapi bingung saya kan. Apa itu mesti tesis, mesti apa segala ya?" ujar Megawati.

 

Megawati mengaku bahwa ia sering kali bertanya kepada para akademisi soal gelar-gelar kehormatan yang diterimanya. Ia pun mengaku sempat ragu apakah gelar tersebut layak diterima tanpa menempuh proses pendidikan akademik seperti biasanya.

 

“Nah saya banyak tanya orang pinter, saya terima atau tidak. Katanya itu penghormatan, apalagi kalau dari luar, itu sudah lebih sama dengan orang yang membuat untuk disertasi. Oh gitu ya, saya terima aja,” pungkasnya. (fajar)


Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.