Rismon
Sianipar/Ist
JAKARTA — Pakar forensik digital Rismon
Sianipar kembali mengangkat isu kontroversial dugaan keaslian ijazah mantan
Presiden Jokowi. Kali ini, Rismon terang-terangan menantang Badan Reserse
Kriminal (Bareskrim) Polri untuk mengusut internal Universitas Gadjah Mada
(UGM).
Rismon mengatakan langkah ini penting guna mengusut tuntas
dugaan manipulasi dokumen akademis, khususnya lembar persetujuan tesis yang
disebut-sebut milik Presiden Jokowi.
"Bareskrim harus periksa internal UGM. Siapa yang
mereproduksi sejumlah lembar pengesahan skripsi (milik Jokowi)," kata
Rismon di X @SianiparRismon (15/5/2025).
Ia bahkan menyebut nama mantan pejabat pemerintah, Sigit
Hardwinarto, mantan Dirjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
diklaim turut terlibat atau mengetahui proses reproduksi dokumen tersebut.
"Salah satunya Sigit Hardwinarto, mantan dirjen KLHK.
Berani?" tandasnya.
Sebelumnya, bantahan mengenai isu ijazah palsu datang
langsung dari orang yang mengaku sebagai satu angkatan dengan Jokowi saat
kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Andi Pramaria.
Andi secara tegas menyatakan bahwa dirinya adalah teman satu
angkatan sekaligus mengikuti proses perkuliahan dan wisuda bersama Jokowi.
Ia merasa tudingan ijazah palsu terhadap Jokowi bukan hanya
menghina mantan presiden, tetapi juga mencoreng nama baik para alumni UGM
angkatan tahun tersebut.
“Kalau ijazah (Jokowi) palsu, saya yakin ijazah saya juga
palsu,” ujar Andi dikutip dari unggahan akun X @sarah_pndjtn (15/5/2025).
"Benar kan pak yah? Karena saya kuliah bareng pak
Jokowi. Saya wisuda bareng pak Jokowi," tambahnya.
Menurutnya, ijazah miliknya dan milik Jokowi hampir identik
dalam format dan desain.
"Ijazah saya dengan pak Jokowi juga persis. Kecuali foto
dan nomornya,” jelas Andi.
Andi juga menanggapi keraguan publik soal penggunaan font dan
tampilan ijazah yang dianggap mencurigakan.
Ia menegaskan bahwa sebagai mahasiswa, mereka menerima ijazah
dalam format resmi yang disiapkan pihak universitas tanpa pernah mempertanyakan
jenis font atau desainnya.
“Menyangkut font, mahasiswa kalau ditanya ini fontnya tidak
tahu karena kami terima ijazah itu dari universitas, ya begini,” ucapnya.
Ia juga menekankan bahwa tanggal yang tertera di ijazah
miliknya sama persis dengan yang dimiliki Jokowi, yakni 5 November 1985,
meskipun prosesi wisuda dilakukan pada 19 November di tahun yang sama.
“Ijazah saya ini sama dengan pak Jokowi ya, tanggal 5
November tahun 1985. Tapi kami diwisuda 19 November 1985,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Andi menyayangkan sikap pihak-pihak yang terus
melayangkan tuduhan tanpa dasar yang kuat. Ia menyebut tindakan itu telah
melampaui batas.
“Kalau pak Jokowi begitu (membuat laporan), yah
sebesar-besarnya pastikan ada batasnya. Kalau dilihat statement-nya, saya ini
sudah dihina sehina-hinanya. Berarti beliau sudah habis kesabaran,” tandasnya.
(rmol)