Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers pada Sabtu, 21
Juni 2025/Net
JAKARTA — Presiden AS Donald Trump
mengumumkan bahwa pasukan AS telah menghancurkan tiga situs nuklir utama Iran
dalam serangan udara yang disebutnya sebagai keberhasilan militer yang
spektakuler.
Dalam pidato resmi yang disiarkan dari Gedung Putih pada
Sabtu malam waktu setempat, 21 Juni 2025, Trump mengatakan peluncuran serangan
udara AS mengakibatkan kerusakan besar pada situs nuklir utama Iran.
"Fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah sepenuhnya dihancurkan," kata Trump dalam pidato yang didampingi Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth, seperti dimuat Reuters, dilansir RMOL, Minggu (22/6).
Trump menegaskan bahwa Iran akan menghadapi serangan yang
lebih dahsyat jika tidak segera menyetujui perdamaian.
"Jika perdamaian tidak segera datang, kami akan
menyerang target-target lain itu dengan presisi, kecepatan, dan
keterampilan," ujarnya.
Dalam wawancaranya dengan Sean Hannity di Fox News, ia
mengungkapkan bahwa enam bom penghancur bunker dijatuhkan di Fordow, dan 30
rudal Tomahawk diarahkan ke dua situs lainnya.
“Muatan penuh Bom dijatuhkan di lokasi utama, Fordow. Fordow
sudah tidak ada,” tulis Trump di platform media sosial Truth Social.
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan
kepada Reuters bahwa pesawat pengebom B-2 milik AS terlibat dalam operasi
tersebut.
Pesawat ini mampu membawa bom penghancur besar yang dirancang
untuk menembus benteng bawah tanah seperti Fordow yang terkubur di bawah pegunungan.
Meskipun Trump menyatakan fasilitas tersebut hancur total,
media pemerintah Iran memberikan narasi berbeda.
Seorang pejabat Iran mengonfirmasi bahwa Fordow menjadi
sasaran serangan, namun seorang anggota parlemen dari wilayah Qom, Mohammad
Manan Raisi, menyatakan bahwa fasilitas itu tidak rusak parah.
Media Iran juga mengutip badan nuklir negara itu yang menyatakan
bahwa tidak ada tanda-tanda kebocoran setelah serangan tersebut, dan tidak ada
ancaman radiasi bagi warga sipil.
“Iran telah mengevakuasi tiga lokasi itu beberapa waktu lalu.
Cadangan uranium yang diperkaya telah dipindahkan dari pusat-pusat nuklir dan
tidak ada bahan yang tertinggal di sana yang, jika menjadi sasaran, akan
menyebabkan radiasi dan berbahaya bagi rekan-rekan senegara kita," ungkap
Hassan Abedini, wakil kepala politik penyiaran negara Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah
Trump sebagai keputusan yang berani.
“Sejarah akan mencatat bahwa Presiden Trump bertindak untuk
menyangkal rezim paling berbahaya di dunia, senjata paling berbahaya di dunia,”
kata Netanyahu.
Namun, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan
pernyataan keras, menyebut serangan ini sebagai eskalasi berbahaya di kawasan
yang sudah berada di ambang bahaya dan ancaman langsung terhadap perdamaian dan
keamanan internasional.
Serangan udara terhadap Iran ini berpotensi memicu ketidakstabilan
regional dan lonjakan harga minyak global, terutama setelah Iran membalas
dengan menargetkan pengiriman di Selat Hormuz, dan Israel menyerang ladang gas
South Pars Iran.
Sementara itu, di dalam negeri AS, reaksi terhadap keputusan
Trump memicu kontroversi. Beberapa anggota parlemen dari Demokrat dan Republik
mengkritik Presiden karena tidak mendapatkan otorisasi Kongres.
“Itu benar-benar dan jelas merupakan alasan untuk pemakzulan,” kata anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez. **