Momen wawancara Kasmudjo dengan Rismon Sianipar, di mana ia
membantah pernah jadi dosen pembimbing skripsi maupun pembimbing akademik
Jokowi pada Sabtu, 14 Juni 2025. /Tangkapan layar YouTube/@BaligeAcademy/
JAKARTA — Di sebuah warung kecil di sebelah
utara Fakultas Teknik UGM. Saat Rismon tiba, Pak Kasmudjo keluar dari balik
pintu. Wajah lelaki tua kurus itu setengah tertutup masker, dan pertemuan itu
hanya berlangsung sebentar.
Kasmudjo, pensiunan dosen Fakultas Kehutanan, pun angkat
bicara. Rismon langsung menanyakan apakah benar Kasmudjo merupakan dosen
pembimbing skripsi Jokowi?
“Itu salah! Nah itu yang salah!” demikian pernyataan itu
keluar kepada Rismon Hasiolan Sianipar yang menemuinya langsung dan melakukan
wawancara. Momen itu disiarkan melalui kanal YouTube Balige Academy pada Sabtu,
14 Juni 2025.
Kanal YouTube Refly Harun lalu membahas hal ini dengan Rismon
secara live terkait pertemuannya dengan Pak Kasmudjo.
Kasmudjo tegas bantah
dirinya pembimbing skripsi maupun pembimbing akademik
Kilas balik ke tahun 2017 di sebuah stasiun televisi
nasional, Jokowi menyebut Kasmudjo sebagai pembimbing skripsinya. Tapi di warung
sederhana yang juga menjadi tempat tinggalnya, Kasmudjo menyampaikan fakta
berbeda.
“Harus di atas 50 tahun untuk jadi pembimbing skripsi, saya
saat itu baru pangkat 3B,” ujarnya.
“Saya bukan dosen pembimbing akademik. Saya tahu itu tidak
boleh. Masih muda.” Istrinya, yang turut hadir dalam wawancara itu, memperkuat
pengakuan suaminya.
Warung Kasmudjo, yang menjajakan kebutuhan harian ala warung
Madura, menjadi titik awal fakta baru yang kini menyebar linimasa media sosial.
Salah satu suara paling keras muncul dari Dokter Tifa.
Melalui akun X miliknya, ia menuliskan:
“Sedih sekali ya Allah. Beliau pensiunan dosen, badannya
kurus karena depresi. Di tahun 2017 dipaksa mengaku sebagai dosen pembimbing
skripsi.” Dokter Tifa juga menuliskan bahwa Kasmudjo terlihat ketakutan,
depresi, dan menutup wajahnya dengan masker, seolah dihantui rasa bersalah.
“Kasihannya, ketakutan sekali didatangi Pak Rismon. Seperti
dikejar dosa. Tua renta, dikejar rasa bersalah karena mau saja disuruh bohong.”
Dokter Tifa juga menyebut bahwa Kasmudjo pernah ikut digugat di PN Sleman
sebesar Rp1.000 triliun, karena dianggap berbohong.
“Ada ya orang yang dengan kekuasaannya mencelakakan orang
lain...”
Klarifikasi dari Kasmudjo memunculkan serangkaian pertanyaan
yang tak lagi bisa dihindari: Siapa sesungguhnya pembimbing skripsi Presiden
Jokowi? Benarkah UGM tak menyimpan arsip akademik seperti disebut-sebut
sebelumnya? Mengapa nama Kasmudjo diangkat sebagai pembimbing jika tak sesuai
fakta?
Di kanal YouTube Refly Harun, komentar publik membanjir.
Sebagian besar menyuarakan simpati dan penghormatan pada keberanian Kasmudjo.
Sebagian lain, menuntut UGM dan pemerintah memberi klarifikasi resmi.
Rismon menyebut bahwa ini bukan akhir, tapi justru awal. Ia
berencana melanjutkan investigasi, termasuk menelusuri arsip Kedaulatan Rakyat
edisi 18 Juli 1980, yang diduga menyimpan pengumuman nilai akademik.
“Kami tidak mau dibungkam. Ini demi sejarah Indonesia,” tegas
Rismon.
Rismon akan lanjut
investigasi koran Kedaulatan Rakyat
Hingga kini, UGM belum memberikan pernyataan resmi, sementara
publik terus menanti. Pengakuan Kasmujo ini bukan akhir, melainkan awal dari
pertanyaan yang lebih besar.
Rismon berencana melanjutkan investigasi, termasuk mencari
arsip koran Kedaulatan Rakyat edisi 18 Juli 1980, yang memuat pengumuman
kelulusan mahasiswa UGM pada tahun 1980.
“Kami tidak mau dibungkam,” tegas Rismon. “Ini demi sejarah
Indonesia.”
Sementara itu, warung Kasmujo tetap berdiri di pinggir Selokan Mataram, menyimpan cerita yang kini menjadi sorotan nasional. Publik menanti jawaban resmi dari UGM dan pihak berwenang, di tengah fakta dan narasi yang terus bertabrakan. (pikiran-rakyat)