Biografi Prof Sumitro tertulis menjabat dekan pada periode
1983-1986 tetapi tandatangan dekan di ijazah Jokowi adalah Prof Soenardi
JAKARTA — Pakar telematika Roy Suryo kembali
memberikan pernyataan blak-blakan terkait kasus ijazah mantan Presiden ke-7 RI
Jokowi yang menurutnya penuh keganjilan dan kini mulai terbongkar berkat
netizen dan kehendak Tuhan.
"Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap
tercium juga, menggambarkan suatu kejahatan yang ditutup-tutupi atau
disembunyikan, ibarat bangkai, makin lama malahan baunya kian menyengat dan
akan ketahuan," ujar Roy kepada fajar.co.id, Rabu (25/6/2025).
Ia menyebut bahwa kasus ijazah palsu yang diduga terkait
dengan Jokowi merupakan kejahatan besar yang sudah lama ditutupi.
"Demikian juga dengan Kasus Ijazah Palsu yang makin
kesini makin terbongkar apa dan bagaimana yang terjadi sebenarnya," ucapnya.
Namun menurut Roy, kebenaran tersebut akhirnya mulai terkuak
akibat kejelian masyarakat, khususnya netizen Indonesia yang dikenal kritis,
serta pertolongan Tuhan.
"Sebuah kejahatan besar yang sudah lama ditutup-tutupi,
akhirnya terkuak juga akibat kejelian Masyarakat (terutama Netizen +62) dan
Pertolongan (Kuasa) Allah melalui tangan-tanganNya," tegasnya.
Roy menyebutkan bahwa perbedaan antara Ijazah FKT-UGM
bernomor 1120 milik Jokowi dan tiga ijazah pembanding bernomor 1115, 1116, dan 1117
menjadi salah satu titik terang dalam pengungkapan kasus ini.
Ia juga menyinggung temuan seputar UPP (Universitas Pasar
Pramuka) yang dikaitkan dengan dugaan pembuatan ijazah palsu.
Ia menyebut bahwa kasus ini telah banyak diungkap melalui
berbagai kanal YouTube dan media, antara lain Hersubeno Point, Off The Record
FNN, Edy Mulyadi Channel, dan Sentana TV.
Roy Suryo kemudian membeberkan adanya pesan WhatsApp dari
seorang mantan wakil menteri desa yang kini menjadi Rektor Universitas Moestopo
Beragama dan juga Ketua Umum Relawan Sedulur Jokowi, yakni Prof. Paiman
Rahardjo Dwijonegoro alias Profesor P yang selama ini disinggung.
"Ada Pesan WA ke saya pada awal bulan lalu, dari seorang
Mantan Wakil Menteri Desa yang sekarang jadi Rektor Universitas Moestopo
Beragama, Jakarta Internasional, Prof Paiman Rahardjo Dwijonegoro (P),"
sebutnya.
Roy mengaku sempat mengabaikan pesan tersebut karena dinilai
tidak sopan dan terkesan mengintimidasi, bahkan menyangkut keluarganya. Isi
pesan tersebut mendesaknya untuk meminta maaf kepada Presiden Jokowi.
"Terus terang pesan WA dari P yang cukup panjang saat
itu sempat saya abaikan, karena terkesan tidak sopan, meski diawali dengan
kalimat sok akrab," Roy menuturkan.
"Namun ada nuansa intimidasi menyangkut keluarga saya
serta ada permintaan atau desakan agar saya meminta maaf kepada Jokowi karena
dianggapnya saya tidak memiliki hak untuk membongkar Kasus Ijazah Palsu
itu," tambahnya.
Kata Roy, aneh bila seorang profesor di bidang administrasi
negara tidak memahami Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP), khususnya Pasal 18 ayat 2.
"Ironis sekali, sekelas Profesor bidang Administrasi
Negara tidak faham UU No. 14 th 2008 tentang KIP (Keterbukaan Informasi
Publik), khususnya Pasal 18 ayat 2," tukasnya.
Roy menambahkan bahwa meskipun banyak yang menyarankannya
untuk menggugat secara hukum, ia memilih fokus pada pembuktian kasus utama,
yaitu ijazah dan dokumen pendukungnya.
"Meski banyak pihak yang menyarankan agar saya melakukan
tuntutan hukum terhadap P, namun karena kita harus fokus terhadap Kasus
utamanya yakni Ijazah (dan berbagai dokumen pendukungnya, termasuk Skripsi yang
palsu maka untuk sementara diabaikan dulu saja," imbuhnya.
Lebih lanjut, Menpora era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) ini mengungkap bahwa Prof Paiman kembali mengirim pesan padanya pada 24
Juni 2025 dan menyampaikan permintaan maaf.
Dalam pesan tersebut, Paiman mengakui pernah menjalankan
usaha pengetikan dan fotokopi di UPP sejak 1997.
"P mengirimkan WA kembali kepada saya kemarin, Selasa
(24/06/25) pukul 08.37 WIB yang intinya Meminta maaf atas WA yang dianggap
Intimidatif itu. Ia mengakui bahwa sejak 1997 memang punya bisnis Pengetikan,
Fotocopy dsb di UPP, namun tidak sampai percetakan dan sudah ditutup tahun 2002
semenjak jadi Kaprodi di sebuah Universitas swasta," bebernya.
Namun, Roy menyebut pernyataan Paiman tersebut dibantah oleh
SRC yang menyatakan usaha itu masih berjalan hingga 2017.
"Menariknya lagi, SRC juga kembali menulis ulasan sangat
menohok dan sekaligus membantah pernyataan P tersebut yang intinya ada beberapa
saksi yang siap memberikan keterangan untuk menyangkal statemen P, termasuk
sebenarnya Usahanya tidak ditutup namun malahan pindah ke belakang agar lebih
aman dan masih berlangsung sampai 2017," terangnya.
SRC bahkan menyebut pernyataan Prof. Paiman di kanal YouTube
"Suara Anda" sebagai blunder.
"Sampai-sampai SRC menyebut pernyataan P di Kanal
YouTube Suara Anda ibarat center back melakukan blunder Gol bunuh diri karena
memasukan bola ke gawang sendiri," jelasnya.
Tidak berhenti di situ, Roy kembali menyentil nama-nama yang
sempat diungkap kader senior PDIP Bambang Beathor Suryadi (BBS), salah satunya
adalah Widodo, yang diyakini mengetahui langsung proses pembuatan ijazah palsu
di UPP tahun 2012.
"Perkembangan terbaru jika mengingat nama-nama yang
sempat disebut oleh kader senior PDIP Beathor, dimana orangnya jelas masih ada,
bukan seperti HoaX yang disebarkan oleh YouTuber betina anggota Gerombolan
'Ceboker Nusantara' yang mengaku-aku 'Anak Jenderal' itu. BBS menyitir dari 6
(enam) nama Tim Solo dan Jakarta, ada nama yang sangat mengetahui proses
pembuatan Ijazah Palsu di UPP tahun 2012 tersebut, yakni Widodo,"
tandasnya.
Roy bilang, keberadaan nama ini menjadi penjelasan atas sikap
sejumlah tokoh yang enggan bersuara tegas mengenai dugaan pemalsuan ijazah
Jokowi.
"Ini sekaligus menjawab pertanyaan masyarakat kenapa
Mantan Gubernur Lemhanas yang sempat menjadi Tim juga, tidak secara tegas
mengiyakan soal Ijazah Palsu versi UPP ini," kuncinya. ***