Beathor Suryadi menyebut
Pasar Pramuka sebagai titik awal dugaan pemalsuan dokumen
Jokowi—pernyataannya memicu gelombang debat publik. (Tangkapan layar
YouTube/@AbrahamSamadSpeakUp)
JAKARTA — Pegiat media sosial, Bachrum
Achmadi, turut angkat bicara soal pernyataan mengejutkan politikus senior PDI
Perjuangan, Beathor Suryadi, yang menuding mantan Presiden Jokowi menyimpan
uang triliunan rupiah di bawah tanah.
Bachrum termehek-mehek, mencerna pernyataan Beathor yang
dinilainya sudah sangat serius.
"Beathor sebut Jokowi timbun triliunan rupiah di bawah
tanah," ujar Bachrum di X @bachrum_achmadi (30/6/2025).
Hanya saja, justru tidak ditindaklanjuti secara hukum oleh
pihak yang merasa dirugikan.
"Ijazah Mulyono dibilang aspal dicetak di Pasar Pramuka,
sekarang dibilang Mulyono timbun duit triliunan di bawah tempat tidurnya,"
ucapnya.
Bachrum juga menyindir pengacara yang selama ini mengaku
membela nama baik Jokowi termasuk Yakup Hasibuan, yang merupakan kuasa
hukumnya.
"Masa tuduhan begini si Yakup, pengacara Mulyono, nggak
berani laporkan Beathor Suryadi ke polisi!," tandasnya.
Sebelumnya, Beathor Suryadi mengatakan bahwa Andi Widjajanto,
mantan Gubernur Lemhannas dan tokoh PDIP disebut pernah melihat langsung
dokumen ijazah milik Jokowi yang diyakini tidak otentik.
Beathor mengatakan, Andi menyaksikan dokumen tersebut saat
masa pencalonan Jokowi di Pilpres 2014.
Namun, menurutnya, ijazah itu merupakan cetakan ulang yang
diproduksi tahun 2012 ketika Jokowi mendaftar sebagai calon Gubernur DKI
Jakata.
“Andi belum sadar kalau yang ia lihat itu cetakan 2012. Itu
digunakan untuk keperluan Pilgub DKI,” ujar Beathor dilansir laman msn dari
Seputar Cibubur, Rabu (18/6/2025).
Beathor juga menuding proses pencetakan ijazah dilakukan
secara diam-diam di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Pusat, oleh tim relawan
Jokowi yang berasal dari Solo.
Ia menyebut sejumlah nama seperti David, Anggit, dan Widodo,
serta kolaborator dari PDIP DKI, termasuk Dani Iskandar dan Indra.
“Dokumen itu disusun buru-buru di rumah Jalan Cikini No. 69,
Menteng. Semua strategi disiapkan di sana,” katanya.
Widodo disebut-sebut sebagai tokoh kunci dalam proses
pencetakan, namun menurut Beathor, ia telah menghilang sejak isu buku
kontroversial karya Bambang Tri tentang ijazah Jokowi heboh.
Yang mengejutkan, kata Beathor, adalah reaksi Andi Widjajanto
ketika melihat foto di berbagai ijazah Jokowi yang terlihat identik.
“Seharusnya tiap jenjang pendidikan memakai foto berbeda. Ini
justru sama semua,” tandasnya. (fajar)