Beathor Suryadi (kanan) bersama Ahmad Yani (kiri)/Repro
JAKARTA — Politikus senior Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP), Beathor Suryadi mengaku sudah mengantongi data
terkini terkait dugaan ijazah palsu mantan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu diungkap langsung oleh Beathor dalam video yang
diunggah di kanal YouTube Bicara Dr Ahmad Yani SH berjudul "Beathor
Suryadi Buka Data dan Bukti Dugaan Ijazah Palsu Jokowi" yang diunggah pada
Sabtu, 28 Juni 2025.
"Saya punya dua informasi. Ini data terbaru. Yang
terbaru itu dapat dari tadi Mas Taufik (penggugat ijazah Jokowi di PN
Solo)," kata Beathor seperti dikutip RMOL, Minggu, 29 Juni 2025.
Beathor mengaku sudah menanyakan kepada seseorang bernama
Taufik dimaksud dan kepada warga Solo terkait penggunaan titel Jokowi selama 10
tahun menjadi Wali Kota Solo.
"Nah, terus saya juga menanyakan kepada warga Solo pada
waktu dua kali Jokowi berkampanye, spanduknya, stikernya, kaosnya, kartu
namanya, balihonya, di depannya ada apa. Nah, terus Mas Taufik berkomunikasi
katanya dengan Ketua KPU Solo. Katanya dia (Jokowi) pakai dua-duanya,
sebagaimana keadaan saja. Jadi, pakai Drs, kadang-kadang pakai Ir," terang
Beathor.
"Nah, dari penjelasan Mas Taufik kemarin itu, bahwa itu
pakai Drs, pakai Ir. Saya melihatnya begini, Selama Jokowi berkuliah di UGM
lima tahun, dan lulus diwisuda, dapat Ir. Kok dipakainya Drs? Drs-nya itu dari
mana? kampus mana? Kok UGM-nya disingkirkan?" sambungnya.
Beathor pun mengungkapkan terkait proses pendaftaran Jokowi
sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012 lalu.
"Pada waktu 2012, Tim Solo itu kan datang, menyatakan
tidak punya dokumen. Nah, Karena kalimatnya bilang tidak punya dokumen, maka
harus kita bikin tim untuk dibuat," tutur Beathor.
Beathor menjelaskan, suatu waktu terjadi pertemuan antara tim
Solo dengan tim DKI. Tim DKI kata Beathor, menunjuk seseorang bernama Denny
untuk melayani kebutuhan tim Solo yang mengutus seseorang bernama Widodo.
"Jadi, Widodo dan Denny ini sering ketemu juga dengan
Jokowi. Dia bilang begitu. Kami tidak punya dokumen. Maka dibentuklah. Nah,
itulah proses. Jadi, Denny adalah orang yang ikut membikin draft. Karena Denny
orang Jakarta bukan orang Solo dan segala macam, maka dokumen itu jadi
macam-macam. Ada umur mamaknya dengan si Jokowi hanya selisih 11 tahun. Berarti
katakan asal bikin. Berarti kan tidak jelas," ungkap Beathor.
"Jadi, ada lagi dokumen-dokumen lain yang dibikin yang
tidak pas. Tapi yang dijadikan inti adalah dokumen sekolah. Terus dibikinlah
dengan foto-foto. Jadi, mungkin Widodo membawa foto banyak yang wajahnya sama.
Jadi, SD, SMP, SMA, kampus," sambungnya.
Beathor menyebut bahwa, KPU merupakan pihak yang bertanggung
jawab untuk menyatakan bahwa ijazah Jokowi asli atau palsu.
"Nah, dilacaklah ini ke KPU Solo, sama kawan KPU DKI.
Katanya hilang. Nah, karena itu hilang. Nah, padahal legalisir itu kan katanya
harus dikonfirmasi. Katanya kan stempel basah. Stempel basah itu akan menjadi
lebih basah kalau dari Pramuka, karena lebih dekat dibandingkan dengan ke
Jogja, sudah kering di jalan kan?" tutur Beathor.
Beathor mengaku melakukan investigasi itu karena merasa
terganggu dengan adanya desakan yang menyebut bahwa PDIP harus bertanggung
jawab karena telah mengusung Jokowi hingga menjadi presiden.
"Saya terganggu. Kalau PDI tanggung jawab, saya lacak.
Jadi, saya lacak tuh, ke sana, ke sini, ke sana, saya temuin. Nah, muncul si
Bambang Tri itu merepotkan Jokowi setelah dia periode kedua atau kesatu di Solo
itu. Nah, jadi muncul lah nama si Bambang Tri ini bahwa Jokowi tidak punya
dokumen apapun. Nah, dari situlah terus mekar kan, muncul Roy sama dengan
kawan-kawan ini melakukan investigasi itu. Nah, saya menjadi ikut itu karena
saya mencari jawaban. Ini diterbitkan di mana? Oleh siapa?" lanjut
Beathor.
Beathor pun menyoroti investigasi yang dilakukan Roy Suryo
dkk yang telah berdialog dengan pemilik kos di Pasar Pramuka.
"Nah berarti kan ketemu apa yang saya lacak. Di Solo-nya
saya menemukan jawaban dari Ketua KPU Solo bahwa Jokowi menggunakan dua titel,
Drs dengan Ir. Nah dari situ kan terus kita lacak ke Jakarta siapa-siapa ketemu
tim Solo. Terus kita menemukan lagi jawaban bahwa itu dilakukan di Pasar
Pramuka. Jadi apa yang saya lakukan bahwa itu di Pasar Pramuka dikuatkan dengan
munculnya nama Pak Iman ini. Bahwa dia pemilik kios dan dia profesor. Jadi apa
lagi yang mau saya lakukan kan sudah selesai," pungkas Beathor. ()