Akta Kelahiran Jokowi/Ist
JAKARTA — Sebuah dokumen yang diyakini
sebagai fotokopi akta kelahiran mantan Presiden Jokowi muncul kembali dan
menuai kontroversi. Dokumen tersebut mencantumkan tanggal lahir Jokowi sebagai
21 Juni 1961, tetapi di bagian bawah tertulis Surakarta, 3 Maret 1988.
Fotokopi dokumen tersebut sebenarnya sudah beredar di publik
sejak Januari 2017, namun kini kembali muncul di media sosial. Tak sedikit
pihak yang mempertanyakan keabsahan atau kejanggalan administrasi pencatatan
sipil tersebut, termasuk Pakar Forensik Digital, Rismon Sianipar.
"Secara digital forensik, bukti fotokopi itu tidak bisa
dilakukan karena hilangnya informasi warna maupun tekstur pada lembar fotokopi
akta kelahiran Jokowi," ujar Rismon kepada fajar.co.id, Jumat (27/6/2025).
Dikatakan Rismon, jika dokumen fotokopi yang beredar itu
benar, maka mestinya menjadi tanda tanya besar untuk seorang Jokowi.
"Apakah lazim seorang Jokowi, lahir 1961, yang telah
berusia 27 tahun baru memiliki akta lahir pada tahun 1988?," ucapnya.
Rismon bilang, temuan tersebut perlu ditelusuri kembali.
Apakah benar-benar sesuai dengan identitas Jokowi atau tidak.
"Menurut Bang Beathor ada satu paket 10 dokumen, bisa
jadi ini salah satunya," tandasnya.
Sebelumnya, Beathor Suryadi mengatakan bahwa Andi Widjajanto,
mantan Gubernur Lemhannas dan tokoh PDIP disebut pernah melihat langsung
dokumen ijazah milik Jokowi yang diyakini tidak otentik.
Beathor mengatakan, Andi menyaksikan dokumen tersebut saat
masa pencalonan Jokowi di Pilpres 2014.
Namun, menurutnya, ijazah itu merupakan cetakan ulang yang
diproduksi tahun 2012 ketika Jokowi mendaftar sebagai calon Gubernur DKI
Jakata.
“Andi belum sadar kalau yang ia lihat itu cetakan 2012. Itu
digunakan untuk keperluan Pilgub DKI,” ujar Beathor dilansir laman msn dari
Seputar Cibubur, Rabu (18/6/2025).
Beathor juga menuding proses pencetakan ijazah dilakukan
secara diam-diam di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Pusat, oleh tim relawan
Jokowi yang berasal dari Solo.
Ia menyebut sejumlah nama seperti David, Anggit, dan Widodo,
serta kolaborator dari PDIP DKI, termasuk Dani Iskandar dan Indra.
“Dokumen itu disusun buru-buru di rumah Jalan Cikini No. 69,
Menteng. Semua strategi disiapkan di sana,” katanya.
Widodo disebut-sebut sebagai tokoh kunci dalam proses
pencetakan, namun menurut Beathor, ia telah menghilang sejak isu buku
kontroversial karya Bambang Tri tentang ijazah Jokowi heboh.
Yang mengejutkan, kata Beathor, adalah reaksi Andi Widjajanto
ketika melihat foto di berbagai ijazah Jokowi yang terlihat identik.
“Seharusnya tiap jenjang pendidikan memakai foto berbeda. Ini
justru sama semua,” tandasnya. (fajar)