Seruan Pemakzulan Gibran dan Kontroversi Ijazah Terus Menguat
Try Sutrisno (kiri) dan Gibran
Rakabuming Raka (kanan)
JAKARTA — Mantan
Presiden Joko Widodo tengah menghadapi tekanan politik yang meningkat setelah
Forum Purnawirawan TNI resmi menyampaikan surat tuntutan kepada DPR, yang salah
satunya berisi tuntutan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Jenderal TNI purnawirawan Try
Sutrisno merestui langkah tersebut. Ia mengatakan tuntutan para purnawirawan
menyangkut masalah mendasar bagi bangsa dan negara.
“Saya mendoakan semoga DPR hatinya
terbuka,” ujar Try Sutrisno dalam pernyataan usai menerima delegasi Forum
Purnawirawan di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh
tokoh-tokoh militer senior, termasuk Laksamana (Purn.) Slamet Subiyanto, Letjen
TNI (Purn.) Soeharto, Mayjen TNI (Purn.) Sunarko, Marsda (Purn.) Amin Syah
Budiono, serta penggagas forum, Dwi Cahyo Suarsono.
Para purnawirawan mengajukan delapan
poin tuntutan yang telah dikaji dan didukung dengan dokumen, salah satunya
menyoroti inkonstitusionalitas proses pencalonan Gibran sebagai wakil presiden.
Mereka mengklaim keputusan Mahkamah
Konstitusi yang membuka jalan bagi Gibran bertentangan dengan hukum, terutama
setelah Majelis Kehormatan MK memutuskan Anwar Usman, paman Gibran dan Ketua MK
saat itu, melanggar etik berat.
“Publik menjuluki Gibran sebagai
'anak haram konstitusi',” ujar pengamat politik dan jurnalis senior Hersubeno
Arief dalam kanal YouTube Hersubeno Point, dikutip oleh Poskota pada Senin, 2
Juni 2025.
Menurut UUD 1945, proses pemakzulan
melibatkan DPR, Mahkamah Konstitusi, dan MPR. DPR harus terlebih dahulu meminta
pendapat hukum MK. Jika MK menyatakan syaratnya terpenuhi, barulah MPR dapat
mengambil keputusan akhir.
Secara politik, peluang pemakzulan
disebut masih terbuka lebar. “Yang sangat mungkin mengambil inisiatif pertama
adalah PDIP,” kata Hersubeno.
Hubungan PDIP dengan Jokowi disebut
sangat memburuk, terlebih setelah tudingan framing isu judi online yang
menyeret Menko Polhukam Budi Gunawan, kader PDIP.
Sementara itu, partai Golkar yang
kini dipimpin Bahlil Lahadalia, orang dekat Jokowi, diprediksi akan menolak
pemakzulan. Namun, arah politik partai tersebut tetap dinamis, tergantung sikap
Prabowo Subianto, presiden terpilih dan Ketua Umum Partai Gerindra.
“Tradisi Golkar adalah selalu
mengikuti siapa penguasanya. Dalam hal ini, tentu penguasanya adalah Pak
Prabowo,” jelas Hersubeno.
Situasi politik menjadi semakin rumit
ketika isu dugaan ijazah palsu Jokowi kembali mencuat. Meskipun Bareskrim telah
menyatakan bahwa ijazah Jokowi asli, tekanan opini publik terus menguat.
Jokowi telah melaporkan beberapa
tokoh, seperti Roy Suryo, Dr. Rismon, dan Dr. Tifa, yang meragukan keaslian
ijazahnya. Namun, proses hukum terhadap mereka dinilai tidak akan berjalan
mulus.
“Tidak semudah itu bagi Polda untuk
memproses Roy Suryo dan kawan-kawan,” ujar Hersubeno, meragukan kekuatan
argumen semata dari hasil investigasi Bareskrim.
Secara keseluruhan, Jokowi kini
menghadapi dua front utama: gugatan hukum atas keabsahan ijazahnya dan tekanan
politik atas posisi Gibran.
Dalam konstelasi politik yang belum
stabil menjelang pelantikan pemerintahan baru, dinamika antara Jokowi dan
Prabowo juga kian menjadi sorotan.
“Dulu, Pak Harto yang begitu kuat pun
bisa dimakzulkan dalam waktu singkat,” pungkas Hersubeno, mengingatkan bahwa
segala kemungkinan masih terbuka. (poskota)