Latest Post



Jakarta, SN – Mantan Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara (JPB) akhirnya keluar dari rumah tahanan dan muncul di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat siang (29/1).

 

Pantauan Kantor Berita Politik RMOL, Juliari tiba di Gedung Merah Putih pada pukul 13.52 WIB dengan mengenakan rompi oranye dan bermasker. Ini merupakan kali dua politisi PDIP itu ditampilkan ke publik setelah sekian lama tidak dihadirkan di KPK.

 

Hingga saat ini sejak ditahan, Juliari baru sekali diperiksa penyidik sebagai saksi sekaligus perpanjangan penahanan untuk pertama kalinya, yaitu pada Rabu, 23 Desember 2020.

 

Kehadiran Juliari pada hari ini diduga untuk menandatangani perpanjangan massa penahanan. Karena, massa penahanan Juliari akan habis pada 3 Februari 2020 besok, bersama dengan massa penahanan tersangka Adi Wahyono (AW).

 

Sejauh ini, Juliari baru didalami terkait latar belakang, kebijakan, dan proses pengadaan bantuan sosial (bansos) di Kementerian Sosial (Kemensos).

 

Sementara itu, beberapa tersangka lain kasus sudah terlihat hadir memenuhi panggilan penyidik.

 

Mereka adalah Direktur Utama (Dirut) PT Mandala Hamonangan Sude, Rangga Derana Niode, dan Dirut PT Agri Tekh Sejahtera, Lucky Falian Setiabudi yang hadir pada siang hari.

 

Sementara untuk saksi lainnya yang juga dipanggil yaitu, adik politisi PDIP Ihsan Yunus, Muhammad Rakyan Ikram dan Direktur PT Mandala Hamonangan Sude, Rajif Bachtiar Amin masih belum diketahui apakah sudah hadir memenuhi panggilan penyidik KPK atau belum. []




Jakarta, SN – Aktivis Barisan Ksatria Nusantara (BKN) mengkritik cuitan Permadi Arya di media sosial tentang agama Islam sebagai agama pendatang dari Arab. Ketua BKN, Ustaz Rakhmad Zailani Kiki, dalam tulisannya yang diterima Republika,co.id pada Kamis (28/1) melalui aplikasi layanan pesan singkat mengatakan, pernyataan Permadi Arya menunjukkan bahwa pria yang lebih dikenal dengan nama Abu Janda itu tidak memiliki adab.

 

Berikut tulisan lengkap Ustaz Rakhmad Zailani Kiki sebagai ketua BKN mengkritik cuitan Abu Janda.

 

Assalamu`alaikum, yang terhormat Saudara Permadi Arya aka Abu Janda. Tulisan ini saya buat untukmu, mewakili ulama dan aktivis Nahdatul Ulama (NU) yang tergabung di Barisan Ksatria Nusantara (BKN). Secara terbuka, kami menyatakan, bahwa kami sangat menyesali atas postinganmu di media sosial tentang Islam sebagai agama pendatang dari Arab kepada budaya asli kearifan lokal. Bagi kami, pernyataan Anda ini sudah offside, kontraproduktif, provokatif, dan blunder jika Anda masih menangku sebagai orang atau aktivis NU.

 

Kami melihat Anda belum paham tentang adab, sopan santun, di Ahlussunnah wal Jama`ah dalam melakukan kontra narasi terhadap kelompok Islam lain yang berbeda paham dengan NU atau ormas Islam wasatiyah lainnya. Anda juga belum paham tentang relasi ajaran Islam dengan bangsa Arab, relasi budaya Arab dengan ajaran Islam, dan relasi budaya Arab dengan budaya Nusantara. Dengan kata lain,   Anda masih sangat awam dengan tarikh, sejarah masuknya Islam di Nusantara, di Indonesia!

 

Wahai saudara Permadi Arya atau Abu Janda! Dakwah itu, baik di mimbar atau di medsos, adalah merangkul, bukan memukul tanpa adab. Jika ada ketidakbenaran di kelompok Islam lain dan dianggap musuh, lakukan dengan cara yang ma`ruf, dengan kebaikan di atas rata-rata atau ihsan, dan atau tempuhlah jalur hukum!

 

Cukup sudah, Abu Janda! Kami tidak akan menggurui dan mengajari Anda di surat terbuka ini, menyita ruang ini. Silakan Anda hubungi kami, bertemulah dengan alim ulama yang memahami tentang ini, datangi mereka di PBNU, PWNU, PCNU, MWC, atau di ormas Islam wasatiyah lainnya. Belajarlah, nyantrilah! Dan sekali lagi, cukup sudah, Abu Janda, untuk bermedsos dengan membentur-benturkan Islam dan Arab atau kami akan melawanmu dengan cara kami!

 

Sebelumnya, dalam akun media sosial Twitter, Abu Janda mencuitkan bahwa agama Islam adalah agama yang arogan di Indonesia. Ia mengatakan Islam sebagai agama pendatang dari Arab. Berikut cuitan Abu Janda dalam akun @permadiaktivis1 .

 

"Yang arogan di Indonesia itu adalah Islam, sebagai agama pendatang dari Arab, kepada budaya asli kearifan lokal. Haram-haramkan ritual sedekah laut, sampe kebaya diharamkan dengan alasan aurat." (gelora)



 

Jakarta, SN – Pengamat Politik, Rocky Gerung melontarkan kritikannya kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno yang ikut mensosialisasikan program pemerintah soal Wakaf Uang di media sosial miliknya.

 

Mulanya, postingan Sandiaga Uno yang mengajak masyarakat untuk mewakafkan uang, dibully netizen. Mereka ramai-ramai menolak karena tidak percaya terhadap pengelolaannya.

 

Menanggapi itu, Rocky Gerung menilai, netizen menolak sebab saat ini Sandi berada di barisan yang dianggap berbohong.

 

“Jadi bayangkan Sandi yang tadi membawa makna baru dalam Politik Indonesia sebagai Politik harapan, oleh emak-emak oleh millenial, akhirnya dianggap dari bagian yang sedang berbohong. Bagian yang tidak dipercaya,” ucap Rocky Gerung dikuti chanel Youtubenya, Kamis (28/1).

 

Rocky mengakui, Sandi Uno memang teman baiknya. Kini ditunjuk sebagai Menparekraf, yang seharunya punya kreatif tinggi guna menghidupkan UMKM, namun kini justru minta wakaf. Rocky menanyakan kreatifitas Sandi yang hanya bisa meminta wakaf dari ummat.

 

“Sandiaga Uno, teman baik saya tuh, ditunjuk sebagai Menteri Ekonomi Kreatif. Kreatifitasnya di mana, kalau sekedar meminta orang menyumbang duit, atau keluarkan wakaf-nya untuk pemerintah. Itu kan ngga ada kreatifitasnya kan,” kata Rocky Gerung.

 

Rocky mengatakan, publik berharap ada ekonomi kreatif yang bisa mengembalikan UMKM. Namun lain sisi, Sandi Uno hanya bisa minta wakaf.

 

“Nah ini minta dari Wakaf. Gimana kreatifitasnya tuh,” kata Rocky Gerung.

 

“Jadi sekali lagi, kita bisa merumuskan dengan satu kalimat. Kabinet Panik. Sudah. Jadi orang yang lagi panik tuh dia bisa buat kebijakan yang amburadul,” cetusnya.

 

Rocky meminta Sandi agar santai ketika dibully netizen. Sebab itu sudah jadi konsekuensi setelah bergabung dengan pemerintah.

 

“Jadi kalau anda di-bulyy oleh netizen ya biarkan saja. itu konsekuensi bagi anda yang meninggalkan pikiran rakyat dan masuk ke dalam pikiran kekuasaan,” cetus Rocky, dikutip Gelora,co.

 

Diberitakan, Sandiaga Salahuddin Uno memposting tentang peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) dan Brand Ekonomi Syariah Tahun 2021 di akun media sosialnya.

 

“Dana wakaf ini insya Allah akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan sosial yang lebih luas, apalagi di tengah pandemi covid-19. Dana wakaf ini diharap dapat membantu meringankan beban masyarakat dan membantu mempertahankan lapangan pekerjaan mereka,” tulis Sandiaga Uno, Senin (25/1/2021).

 

Hanya saja, dari ribuan komentar tersebut banyak warganet memberikan kritikannya hingga tidak lagi percaya dengan pemerintah saat ini, “Lebih baik ke yg jelas2 amanah, bukan penipu,” tulis netizen.

 

“Kasian rakyat dimintain untuk ber wakaf terutama Ummat Islam nya, Tapi Ulama2 kami seenaknya saja ditahan dan dipersulit Keluarga nya padahal tidak korupsi uang negara. Minta lah uang nya ke pejabat2 yg korupsi krn mereka yg mengambil uang rakyat!! Apakah Allah ridho? Semoga Allah melindungi dann menolong rakyat Indonesia aamiinn,” tulis netizen. (*)




Jakarta, SN – Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) melaporkan Permadi Arya alias Abu Janda ke Bareskrim Polri atas dugaan rasisme ke mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai. Ustaz Das'ad Latif mendukung sikap KNPI itu dan tegas menolak rasisme.

 

"Jadi tidak ada satu alasan pun membenarkan rasisme, maka saya dukung KNPI. Dia punya dasar hukum, apa dasar hukumnya sumpah pemuda. Mereka berdeklarasi, mereka bermufakat hilangkan Sulawesi, Jawa-mu, Ambon-mu, mereka bersatu untuk melawan penjajahan," kata Das'ad saat berbincang lewat sambungan telepon, Kamis (28/1/2021).

 

Sebelum berbicara panjang, Das'ad menegaskan bahwa dia tidak hendak berkonflik dengan seseorang atas komentarnya ini. Dia mengaku hanya ingin menegaskan sikap untuk melawan rasisme.

 

Dia menyatakan menolak rasisme karena, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak boleh menonjolkan perbedaan suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA). Dia lalu mengingatkan soal momentum Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, saat banyak pemuda dari berbagai daerah di Indonesia menyatakan persatuan.

 

"Sumpah Pemuda menyatukan dan menghilangkan SARA, melahirkan satu bangsa, satu bahasa, jadi tidak ada penghinaan terhadap etnis, SARA, dan yakin negara kokoh apabila tidak ada perbedaan diantara kita, terutama rasisme itu dari tinjauan negara," terangnya.

 

Sedangkan dalam tinjauan agama Islam, Das'ad menilai rasisme itu adalah tindakan yang sangat tidak terpuji dan dilarang orang agama.

 

"Kalau tinjauan agama rasisme itu perilaku tidak beradab, rasisme itu perilaku kalau bahasa kasarnya jahiliyah. Karena nabi hadir itu salah satu misinya dari lima misinya menghilangkan rasisme dan oleh karena itu nabi memerintahkan sahabat untuk memerdekakan budak," ungkapnya.

 

Tidak hanya itu, dia juga berharap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam menindak tegas para pelaku yang melakukan tindakan rasisme di Indonesia. Dia mengatakan dukungan terhadap KNPI untuk melawan rasisme ini bukan berarti bersikap memusuhi Permadi Arya alias Abu Janda.

 

"Sebagai aktivis dakwah, sikap rasisme bertentangan dengan kaidah keagamaan. Saya mendukung KNPI dan saya berharap ormas kepemudaan memberi dukungan kepada KNPI Cipayung. Ini bukan anti-Abu Janda, tapi antirasisme," tegasnya. (gelora)




Jakarta, SN – Sidang lanjutan perkara dugaan penyebaran berita hoax dengan terdakwa aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Jumhur Hidayat telah selesai berlangsung di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis siang (28/1).

 

Persidangan ini pun terlihat berbeda dari sidang sebelumnya. Karena, banyaknya petugas Kepolisian yang disiagakan di PN Jaksel. Sejak gerbang pintu masuk hingga di dalam ruang sidang Jumhur.

 

Bahkan, terlihat pula dua kendaraan taktis dan kendaraan sepeda motor milik Brimob yang terparkir di area parkir PN Jaksel.

 

Menanggapi itu, Senator Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem), Andrianto menyayangkan sikap rezim saat ini yang dianggap paranoid.

 

"Ya menurut hemat kami kan hal yang sangat paranoid yang dilakukan oleh rezim terhadap perkara politik," ujar Andrianto kepada Kantor Berita Politik RMOL di depan ruang sidang Jumhur di PN Jaksel, Kamis siang (28/1).

 

"Intinya dari prosesnya saja sudah tidak terbuka dia virtual, itu aja udah gak benar. Apalagi dalam proses persidangannya pun diberlakukan hal yang ketat kaya begini gitu loh," imbuhnya.

 

Padahal kata Andrianto, perkara yang menjerat Jumhur merupakan perkara politik yang seharusnya rezim memberikan pencerahan kepada publik sejak proses perkara hingga di persidangan.

 

"Karena kan dari awal perkara saudara Jumhur ini kan gak jelas. Kalau beliau dikatakan terlibat daripada anti Omnibus Law kan waktu itu banyak juga, kenapa hanya Jumhur aja gitu? Jadi kan muatan politiknya sangat kental," kata Andrianto.

 

Apalagi, wartawan yang hadir pun tidak diperkenankan masuk meskipun sudah menunjukkan identitas oleh petugas kepolisian yang berjaga di pintu ruang sidang.

 

Alasannya, ruang sidang sudah penuh karena kursi pengunjung di dalam ruang sidang hanya tersedia delapan kursi.

 

Beberapa pengunjung pun baik dari aktivis ProDem maupun masyarakat lainnya juga tidak diperkenankan masuk.

 

"Jadi asumsinya Jumhur itu diambil (ditangkap) karena bukan perkara Omnibus Law tapi karena di KAMI-nya. Ini sidangnya tuh harusnya terbuka benar biar mengambil sisi yang angle bahwa apakah hari ini berkebebasan pendapat itu diambil secara hukum gitu," pungkasnya.

 

Sementara itu, sidang agenda pembacaan eksepsi atau nota keberatan dari terdakwa Jumhur telah selesai kurang dari satu jam lamanya. (RMOL)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.