Latest Post


 

Jakarta, SN – Pengamat Politik, Rocky Gerung melontarkan kritikannya kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno yang ikut mensosialisasikan program pemerintah soal Wakaf Uang di media sosial miliknya.

 

Mulanya, postingan Sandiaga Uno yang mengajak masyarakat untuk mewakafkan uang, dibully netizen. Mereka ramai-ramai menolak karena tidak percaya terhadap pengelolaannya.

 

Menanggapi itu, Rocky Gerung menilai, netizen menolak sebab saat ini Sandi berada di barisan yang dianggap berbohong.

 

“Jadi bayangkan Sandi yang tadi membawa makna baru dalam Politik Indonesia sebagai Politik harapan, oleh emak-emak oleh millenial, akhirnya dianggap dari bagian yang sedang berbohong. Bagian yang tidak dipercaya,” ucap Rocky Gerung dikuti chanel Youtubenya, Kamis (28/1).

 

Rocky mengakui, Sandi Uno memang teman baiknya. Kini ditunjuk sebagai Menparekraf, yang seharunya punya kreatif tinggi guna menghidupkan UMKM, namun kini justru minta wakaf. Rocky menanyakan kreatifitas Sandi yang hanya bisa meminta wakaf dari ummat.

 

“Sandiaga Uno, teman baik saya tuh, ditunjuk sebagai Menteri Ekonomi Kreatif. Kreatifitasnya di mana, kalau sekedar meminta orang menyumbang duit, atau keluarkan wakaf-nya untuk pemerintah. Itu kan ngga ada kreatifitasnya kan,” kata Rocky Gerung.

 

Rocky mengatakan, publik berharap ada ekonomi kreatif yang bisa mengembalikan UMKM. Namun lain sisi, Sandi Uno hanya bisa minta wakaf.

 

“Nah ini minta dari Wakaf. Gimana kreatifitasnya tuh,” kata Rocky Gerung.

 

“Jadi sekali lagi, kita bisa merumuskan dengan satu kalimat. Kabinet Panik. Sudah. Jadi orang yang lagi panik tuh dia bisa buat kebijakan yang amburadul,” cetusnya.

 

Rocky meminta Sandi agar santai ketika dibully netizen. Sebab itu sudah jadi konsekuensi setelah bergabung dengan pemerintah.

 

“Jadi kalau anda di-bulyy oleh netizen ya biarkan saja. itu konsekuensi bagi anda yang meninggalkan pikiran rakyat dan masuk ke dalam pikiran kekuasaan,” cetus Rocky, dikutip Gelora,co.

 

Diberitakan, Sandiaga Salahuddin Uno memposting tentang peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) dan Brand Ekonomi Syariah Tahun 2021 di akun media sosialnya.

 

“Dana wakaf ini insya Allah akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan sosial yang lebih luas, apalagi di tengah pandemi covid-19. Dana wakaf ini diharap dapat membantu meringankan beban masyarakat dan membantu mempertahankan lapangan pekerjaan mereka,” tulis Sandiaga Uno, Senin (25/1/2021).

 

Hanya saja, dari ribuan komentar tersebut banyak warganet memberikan kritikannya hingga tidak lagi percaya dengan pemerintah saat ini, “Lebih baik ke yg jelas2 amanah, bukan penipu,” tulis netizen.

 

“Kasian rakyat dimintain untuk ber wakaf terutama Ummat Islam nya, Tapi Ulama2 kami seenaknya saja ditahan dan dipersulit Keluarga nya padahal tidak korupsi uang negara. Minta lah uang nya ke pejabat2 yg korupsi krn mereka yg mengambil uang rakyat!! Apakah Allah ridho? Semoga Allah melindungi dann menolong rakyat Indonesia aamiinn,” tulis netizen. (*)




Jakarta, SN – Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) melaporkan Permadi Arya alias Abu Janda ke Bareskrim Polri atas dugaan rasisme ke mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai. Ustaz Das'ad Latif mendukung sikap KNPI itu dan tegas menolak rasisme.

 

"Jadi tidak ada satu alasan pun membenarkan rasisme, maka saya dukung KNPI. Dia punya dasar hukum, apa dasar hukumnya sumpah pemuda. Mereka berdeklarasi, mereka bermufakat hilangkan Sulawesi, Jawa-mu, Ambon-mu, mereka bersatu untuk melawan penjajahan," kata Das'ad saat berbincang lewat sambungan telepon, Kamis (28/1/2021).

 

Sebelum berbicara panjang, Das'ad menegaskan bahwa dia tidak hendak berkonflik dengan seseorang atas komentarnya ini. Dia mengaku hanya ingin menegaskan sikap untuk melawan rasisme.

 

Dia menyatakan menolak rasisme karena, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak boleh menonjolkan perbedaan suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA). Dia lalu mengingatkan soal momentum Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, saat banyak pemuda dari berbagai daerah di Indonesia menyatakan persatuan.

 

"Sumpah Pemuda menyatukan dan menghilangkan SARA, melahirkan satu bangsa, satu bahasa, jadi tidak ada penghinaan terhadap etnis, SARA, dan yakin negara kokoh apabila tidak ada perbedaan diantara kita, terutama rasisme itu dari tinjauan negara," terangnya.

 

Sedangkan dalam tinjauan agama Islam, Das'ad menilai rasisme itu adalah tindakan yang sangat tidak terpuji dan dilarang orang agama.

 

"Kalau tinjauan agama rasisme itu perilaku tidak beradab, rasisme itu perilaku kalau bahasa kasarnya jahiliyah. Karena nabi hadir itu salah satu misinya dari lima misinya menghilangkan rasisme dan oleh karena itu nabi memerintahkan sahabat untuk memerdekakan budak," ungkapnya.

 

Tidak hanya itu, dia juga berharap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam menindak tegas para pelaku yang melakukan tindakan rasisme di Indonesia. Dia mengatakan dukungan terhadap KNPI untuk melawan rasisme ini bukan berarti bersikap memusuhi Permadi Arya alias Abu Janda.

 

"Sebagai aktivis dakwah, sikap rasisme bertentangan dengan kaidah keagamaan. Saya mendukung KNPI dan saya berharap ormas kepemudaan memberi dukungan kepada KNPI Cipayung. Ini bukan anti-Abu Janda, tapi antirasisme," tegasnya. (gelora)




Jakarta, SN – Sidang lanjutan perkara dugaan penyebaran berita hoax dengan terdakwa aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Jumhur Hidayat telah selesai berlangsung di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis siang (28/1).

 

Persidangan ini pun terlihat berbeda dari sidang sebelumnya. Karena, banyaknya petugas Kepolisian yang disiagakan di PN Jaksel. Sejak gerbang pintu masuk hingga di dalam ruang sidang Jumhur.

 

Bahkan, terlihat pula dua kendaraan taktis dan kendaraan sepeda motor milik Brimob yang terparkir di area parkir PN Jaksel.

 

Menanggapi itu, Senator Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem), Andrianto menyayangkan sikap rezim saat ini yang dianggap paranoid.

 

"Ya menurut hemat kami kan hal yang sangat paranoid yang dilakukan oleh rezim terhadap perkara politik," ujar Andrianto kepada Kantor Berita Politik RMOL di depan ruang sidang Jumhur di PN Jaksel, Kamis siang (28/1).

 

"Intinya dari prosesnya saja sudah tidak terbuka dia virtual, itu aja udah gak benar. Apalagi dalam proses persidangannya pun diberlakukan hal yang ketat kaya begini gitu loh," imbuhnya.

 

Padahal kata Andrianto, perkara yang menjerat Jumhur merupakan perkara politik yang seharusnya rezim memberikan pencerahan kepada publik sejak proses perkara hingga di persidangan.

 

"Karena kan dari awal perkara saudara Jumhur ini kan gak jelas. Kalau beliau dikatakan terlibat daripada anti Omnibus Law kan waktu itu banyak juga, kenapa hanya Jumhur aja gitu? Jadi kan muatan politiknya sangat kental," kata Andrianto.

 

Apalagi, wartawan yang hadir pun tidak diperkenankan masuk meskipun sudah menunjukkan identitas oleh petugas kepolisian yang berjaga di pintu ruang sidang.

 

Alasannya, ruang sidang sudah penuh karena kursi pengunjung di dalam ruang sidang hanya tersedia delapan kursi.

 

Beberapa pengunjung pun baik dari aktivis ProDem maupun masyarakat lainnya juga tidak diperkenankan masuk.

 

"Jadi asumsinya Jumhur itu diambil (ditangkap) karena bukan perkara Omnibus Law tapi karena di KAMI-nya. Ini sidangnya tuh harusnya terbuka benar biar mengambil sisi yang angle bahwa apakah hari ini berkebebasan pendapat itu diambil secara hukum gitu," pungkasnya.

 

Sementara itu, sidang agenda pembacaan eksepsi atau nota keberatan dari terdakwa Jumhur telah selesai kurang dari satu jam lamanya. (RMOL)




Jakarta, SN – Pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut mampu mengendalikan covid-19 menjadi pembicaraan publik, khususnya para dokter. Di media sosial, sejumlah dokter berkomentar terkait klaim dari presiden Jokowi tersebut.

 

Mengingat, saat ini kasus virus corona di Indonesia terus naik. Para dokter tersebut menanyakan apa indikator presiden Jokowi mengeluarkan statemen seperti itu.

 

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto mengatakan, dirinya juga tidak tahu parameter yang digunakan Presiden Joko Widodo sehingga menyatakan Indonesia bisa mengendalikan pandemi dengan baik.

 

Padahal, saat ini Indonesia sudah menembus angka 1 juta kasus positif Covid-19 yang diiringi oleh laporan kematian tinggi.

 

Bahkan, Indonesia masih mencatat angka kematian harian tertinggi selama pandemi, yaitu 387 orang dalam sehari, pada Rabu (27/1/2021).

 

"Saya tidak tahu parameter yang digunakan Pak Jokowi, saya tidak tahu. Tapi parameter yang ada itu dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu angka kematian dan angka infeksi," kata Slamet dikutip dari Kompas.com, Kamis (28/1/2021)

 

Ia menjelaskan, pandemi dapat dikatakan terkendali apabila angka kematian dan angka infeksi sama-sama menurun. Namun, apabila angka kematian dan angka infeksi terus naik, maka dapat dikatakan pandemi belum terkendali.

 

"Sedangkan kita kan angka kematian tertinggi di ASEAN ya. Angka infeksinya juga tertinggi. Jadi saya tidak tahu parameternya apa yang digunakan Pak Jokowi," ujarnya.

 

Kendati demikian, ia menilai belum terlambat untuk Indonesia dapat mengendalikan pandemi.

 

Menurut dia, pandemi dapat dikendalikan dengan cara, dua sisi yaitu pemerintah dan masyarakat sama-sama berperan.

 

Slamet berpandangan, pengendalian pandemi tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak yaitu pemerintah.

 

"Tidak mungkin hanya pemerintah saja. Tentu juga keterlibatan masyarakat yaitu disiplin menggunakan masker contohnya. Soalnya di jalan-jalan itu masih banyak sekali yang tak pakai masker," ucapnya.

 

Selain itu, ia mengingatkan masyarakat bahwa klaster-klaster kini telah menyebar tidak hanya di keluarga saja.

 

Melainkan, klaster telah menyebar ke orang-orang yang tidak satu keluarga atau beda rumah mulai dari pekerja rumah tangga, supir, kerabat, dan lainnya.

 

"Jadi, masyarakat ya harus mulai disiplin. Tidak boleh itu lupa pakai masker. Sudah ke mana-mana lho klasternya," ujar dia.

 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyebut sepanjang 2020 dan memasuki 2021 Indonesia menghadapi berbagai cobaan yang sangat berat.

 

Salah satu ujian itu berupa pandemi Covid-19 yang mengakibatkan krisis kesehatan dan krisis ekonomi.

 

Namun, Jokowi mengklaim, Indonesia bisa mengendalikan dua krisis tersebut dengan baik.

 

"Kita bersyukur Indonesia termasuk negara yang bisa mengendalikan dua krisis tersebut dengan baik," kata Jokowi dalam acara Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-gereja (PGI) di Indonesia melalui tayangan YouTube Yakoma PGI, Senin (25/1/2021).

 

Adapun, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia tercatat di atas 200 pasien dalam sebulan terakhir.

 

Selain mencatat jumlah tertinggi, 387 pasien dalam sehari pada Rabu kemarin, Indonesia juga mencatat sejumlah angka kematian melebihi 300 orang dalam sehari. []



Jakarta, SN – Permadi Arya alias Abu Janda menilai pelaporan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ada hubungannya dengan pembubaran Front Pembela Islam (FPI). KNPI tegas membantah. KNPI menyebut Abu Janda adalah orang yang membuat kacau pemerintahan era Presiden Joko Widodo (Jokowi).

 

Bantahan itu disampaikan oleh Ketua Umum (Ketum) KNPI Haris Pertama. Haris menjelaskan KNPI merupakan tempat berhimpunnya organisasi-organisasi kepemudaan, termasuk ormas sayap Nahdlatul Ulama (NU).

 

"Jadi gini kan Permadi Arya alias Abu Janda ini kan suka asbun dia, asal bunyi aja. Nah jadi yang harus dipahami KNPI ini singkatan dari Komite Nasional Pemuda Indonesia. Nah kalau bisa ditanya juga sama dia, tahu arti dari KNPI nggak. KNPI ini, ini tempat berhimpunnya, wadah berhimpunnya seluruh organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia. Nah salah satunya kan dia bilang dia Ansor, NU. Ansor juga berhimpun, ada Ansor, ada PMII, ada Fatayat, terusnya ada IPNU ada IPPNU," kata Haris, kepada wartawan, Kamis (28/1/20210).

 

"Nah kalau untuk di Muhammadiyah, ada Pemuda Muhammadiyah, ada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Untuk di mahasiswanya ada HMI, GMNI, PMII, GMKI, PMKRI, habis itu yang lainnya ya, kaya KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), dan juga organisasi kepemudaan di seluruh partai politik," imbuhnya.

 

Haris membantah bahwa KNPI adalah pendukung FPI. Dia meminta Abu Janda supaya tidak asal bicara.

 

"Jadi bukan kita pendukung FPI. Makanya, maksud kita Abu Janda itu suruh baca lagi berita-berita yang dia share, yang dia bilang saya dendam politik. Jangan asal bunyi dong," tegas Haris.

 

Haris heran Permadi Arya alias Abu Janda yang mengaku-ngaku sebagai pendukung Jokowi, tapi perilakunya justru membuat gaduh. Dia kemudian menyinggung soal kondisi masyarakat di Papua.

 

"Maklum lah bahwa dia suka menghina orang. Jadi, apa namanya ya, dia salah satu orang yang bikin kacau pemerintahan Pak Jokowi. Bikin kacau. Dia bukan pendukung Pak Jokowi," sebut Haris.

 

"Nah ini kok, dia mengaku katanya pendukung Pak Jokowi tapi bikin kacau pemerintahan Pak Jokowi. Kan bisa dilihat. Bahwa di Papua ini aja gejolak sosialnya, gejolak masyarakatnya masih cukup tinggi. Jadi jangan asal bunyi dong," imbuhnya.

 

Lebih lanjut, Haris menegaskan bahwa dia bukan pendukung FPI. Haris menyebut kritikannya ke pemerintah bukan hanya soal pembubaran FPI saja.

 

"Nggak ada kaitannya dengan FPI. Kritikan membangun saya dengan pemerintah kan bukan hanya sekadar pembubaran FPI. Tapi ini demi kenyamanan, demi kedamaian, bisa dicek. Jadi bukan saya mendukung FPI tidak dibubarkan," terangnya.

 

"Jadi nggak ada dendam politik. Saya kenal Abu Janda juga nggak. Emang dia siapa. Saya cuma menganggap seorang Abu Janda, Permadi Arya itu orang yang selalu buat gaduh, selalu menghina orang, rasis dan lain-lain," sambung dia.

 

Selain itu, Haris menjelaskan pelaporan KNPI terhadap Permadi Arya alias Abu Janda juga dilakukan untuk menepis anggapan kebal hukum. Dia menegaskan perilaku Abu Janda tidak bisa dibiarkan, sebab bukan tak mungkin akan berimbas buruk terhadap jalannya pemerintahan.

 

"Jadi yang harus digarisbawahi, Abu Janda inilah perusak citra pemerintahan Pak Jokowi. Makanya kita KNPI mengambil langkah, karena orang banyak bilang dia kebal hukum. Kita kan tahu sama-sama bahwa di Indonesia ini tidak ada satu pun manusia di Indonesia yang kebal hukum, bahkan sekali pun presiden. Itu kan penegakan hukum di kita. Lah kok dia seakan-akan tantang hukum, tantang saya. Maksud saya manusia kaya gini nih nantinya menghina semua orang. Bisa-bisa negara kita ini dilecehkan sama dia," papar Haris.

 

Diberitakan sebelumnya, Permadi Arya alias Abu Janda menanggapi laporan KNPI terhadapnya soal dugaan rasisme kepada Natalius Pigai. Ia menilai pelaporan itu kental dengan muatan politis.

 

"Ini jelas dendam politik karena pelapornya ini Haris Pertama, ini pembela FPI, saya punya jejak digitalnya. Ini jelas Haris Pertama ini jelas sakit hati FPI dibubarin. Terus dia mau balas dendam Rizieq dipenjara, dia mau mata balas mata, ini jelas motifnya politik ini," kata Abu Janda saat dihubungi detikcom, Kamis (28/1/2021).

 

Abu Janda menilai laporan Haris Pertama bersifat asumtif. Padahal, menurutnya, kata-kata yang dia lontarkan bukan sebuah pernyataan, melainkan pertanyaan.

 

Ia juga mengaku bahwa kata-kata 'evolusi' yang ditujukan kepada Natalius Pigai saat itu tidak ada kaitannya dengan Teori Darwin.

 

"Yang aku maksud itu jadi 'Kau ini sudah berkembang belum otak kau', itu maksudnya kau nggak ada otak gitu, cuma dikaitkan ke Teori Darwin sama si Rocky Gerung itu," sambungnya. []


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.