Latest Post

Ekonom senior Dr. Rizal Ramli dalam sebuah acara di lingkungan psantren/Net



Jakarta, SN – Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Maruf Amin dan Menkeu Sri Mulyani meluncurkan Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) dan Brand Ekonomi Syariah Tahun 2021, Senin (25/1).

 

Maruf Amin mengatakan, wakaf adalah salah satu ajaran Islam yang memuat pesan kepedulian, berbagi, dan upaya melakukan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Wakaf juga memiliki dimensi ekonomi, dan dapat dijadikan instrumen dalam mengatasi kesenjangan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

 

Wakaf disebut juga sebagai sedekah jariyah. Maksudnya amal sedekah yang pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya (wakif), selama pokok harta benda yang disedekahkan itu masih ada dan hasilnya dimanfaatkan untuk perbuatan kebajikan.

 

Jelas Maruf Amin, potensi wakaf uang di Tanah Air mencapai Rp 180 triliun. Potensi yang besar tersebut karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan memiliki tingkat kedermawanan yang tinggi.

 

Terkait peluncuran GNWU dan Brand Ekonomi Syariah 2021 ini, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menargetkan dapat membangun sejumlah sarana infrastuktur senilai Rp. 597 miliar yang berasal dari dana wakaf.

 

Ekonom senior Dr. Rizal Ramli menyampaikan kritikan terhadap gerakan wakaf ini. Pasalnya, apa yang dilakukan rezim Jokowi sangat bertolak belakang dengan sikap politiknya selama ini, terutama menyangkut Islam.

 

Ini kontradiktif, satu sisi berharap dana umat, tapi sisi lain tidak suka politik Islam.

 

"Islam-Phobia (Islamfobia) digencarkan, tapi ketika kesulitan keuangan, merayu dan memanfaatkan dana umat, wakaf dan dana haji. Kontradiktif amat sih..," kata tokoh bangsa ini di akun Twitter miliknya @RamliRizal, Sabru (27/1).

 

Dalam acara Karni Ilyas Club di kanal Youtube pada 23 Oktober 2020, Rizal Ramli menyebutkan Jokowi terlalu banyak dikelilingi orang-orang yang Islamofobia, sehingga tidak jarang agama dijadikan alat untuk merongrong kekuasaannya.

 

"Orang sekitar Jokowi itu Islam Phobia (Islamofobia), memang benar mayoritas mereka juga Islam. Iya tapi kan ada orang yang Islam Phobia, enggak suka political Islam," paparnya mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini. (RMOL). 




Jakarta, SN – Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin menyayangkan persoalan 153 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di tengah berlakunya pembatasan WNA untuk penanggulangi COVID-19 dan upaya pencegahan masuknya varian baru COVID-19.

 

Diketahui juga sedang diberlakukan PPKM khusus Jawa-Bali. Menurut Azis, pemerintah perlu menjelaskan kepada publik tentang masuknya ratusan tenaga kerja asing asal China.

 

"Pemerintah harus menjelaskan alasan para TKA tersebut mendapatkan pengecualian dari aturan larangan WNA masuk ke Indonesia, mengingat hal tersebut meresahkan masyarakat di tengah upaya dan usaha masyarakat dan Pemerintah berjuang menekan pertumbuhan kasus positif COVID-19 baru dan melalui PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat)," kata Azis kepada wartawan, Rabu, 27 Januari 2021

 

Azis juga meminta pemerintah untuk dapat menjelaskan jenis-jenis sektor yang akan diisi oleh TKA tersebut dan urgensi kedatangan TKA asal China di tengah kondisi jutaan masyarakat Indonesia yang kehilangan pekerjaan ataupun kesulitan mencari pekerjaan baru akibat pandemi COVID-19. Keterbukaan pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi keresahan masyarakat.

 

"Banyak masyarakat yang menganggur di Indonesia mengapa diutamakan TKA? Semestinya perusahaan yang bersangkutan harus lebih mengutamakan masyarakat Indonesia di saat pendemi seperti ini," ujarnya.

 

Politikus Partai Golkar itu juga mendorong pemerintah untuk berkomitmen dalam menerapkan seluruh kebijakan penanganan COVID-19. Sehingga seluruh upaya yang dilakukan pemerintah dapat efektif dan berhasil untuk menuntaskan pandemi COVID-19 di Indonesia.

 

"Pemerintah harus dapat memastikan seluruh TKA yang masuk sehat dan tidak membawa virus corona varian baru ke Indonesia," ujarnya.

 

Sekitar 153 warga negara asing (WNA) asal China ke Indonesia pada Sabtu 23 Januari 2021 lalu. Ditjen Imigrasi menyatakan mereka telah memenuhi aturan dalam masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (*)




Jakarta, SN – Sejumlah mahasiswa dan pemuda mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menangkap dua petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam kasus dugaan suap bantuan sosial (Bansos) sembako untuk wilayah Jabodetabek 2020.

 

Pantauan Kantor Berita Politik RMOL, sebanyak 10 pemuda dan mahasiswa ini datang ke Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan pada pukul 14.30 WIB.

 

Sebanyak enam dari sepuluh orang pria ini terlihat mengenakan daster yang biasa dipakai oleh Ibu-ibu.

 

Selain itu, mereka juga terlihat membawa atribut aksi. Seperti poster dan spanduk.

 

Pada poster yang dibawa, terlihat gambar politisi PDIP, Herman Herry dan Ketua DPR RI Puan Maharani.

 

Dibawah gambar kedua wajah politisi PDIP itu juga ada sebuah tulisan. Yaitu tulisan "Periksa Madam Puan Maharani" dan "KPK Kapan Tangkap Herman Herry???".

 

Dalam orasinya, koordinator lapangan dari Forum Mahasiswa Nusantara (Formasa) dan Pemuda Muslimin Indonesia ini menjelaskan, maksud kehadirannya ke Gedung Merah Putih KPK dengan menggunakan pakaian daster.

 

"KPK tidak perlu memakai kostum kami disini. KPK Tidak perlu memakai daster seperti kami di sini. Kami yang sudah memakai daster ini mendorong KPK bahwa KPK tidak banci, KPK tidak tumpul ke bawah," tegas sang orator, Ari Santoso seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Rabu siang (27/1).

 

Karena menurut Ari, dari perkembangan kasus yang menjerat Juliari Peter Batubara (JPB) saat menjabat sebagai Menteri Sosial ini juga diduga kuat terlibat petinggi di PDIP.

 

Yaitu, Puan Maharani yang diduga disebut sebagai sosok "Madam", dan Herman Herry yang disebut turut mendapatkan proyek Bansos ini.

 

"Kita cuma ingin mendorong KPK untuk secepatnya mencari kebenaran, mencari perkembangan kasus tindak pidana korupsi bantuan sosial ini. Tema besarnya, tangkap dan adili terduga kasus bantuan sosial saudari Puan Maharani dan saudara Herman Herry," pungkasnya. (*)




Jakarta, SN – Ambroncius Nababan Ketua Relawan Pro Jokowi Amin (Projamin) ditangkap usai ditetapkan sebagai tersangak oleh Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.

 

Politisi Demokrat Roy Suryo menilai penangkapan terhadap Ambroncius dinilai wajar karena bertindak rasis terhadap Natalius Pigai.

 

Namun Roy Surya merasa polisi harus bertindak tegas terhadap Permadi Arya atau yang lebih dikenal dengan Abu Janda.

 

"Tweeps, Setelah si Ambroncius Nababan dicokok @CCICPolri krn postingan rasisnya thdp@NataliusPigai2," tulis Roy Suryo dalam akun Twitternya seperti yang dikutip pada Rabu (27/1/2021).

 

Sebelum ini, Pigai juga menjadi saran rasisme seorang profesor Universitas Sumateri Utara (USU) dan Permadi Arya alias Abu Janda.

 

Keduanya menyerang Pigai yang menjurus rasisme.

 

"Rasanya sangat wajar bila Mayoritas Netizen meminta Tindakan tegas juga dilakukan @DivHumas_Polri ke @permadiaktivis1," kata Roy Suryo.

 

Tidak hanya bertindak rasis terhadap sesama anak bangsa, Abu Janda juga dinilai melakukan ujaran kebencian terhadap pemeluk Islam dengan pernyataannya yang kerap memojokan.

 

"Selain rasis, Ybs juga ujaran SARA yg menyinggung Ummat Islam," sebut Roy Suryo. **  




Jakarta, SN – Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus dipanggil KPK terkait kasus korupsi bantuan sosial (bansos) Corona. Namun Ihsan Yunus tidak memenuhi panggilan KPK hari ini.

 

"Saksi (Ihsan Yunus) tidak hadir," kata Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri kepada wartawan, Rabu (27/1/2021).

 

Ali menyebut Ihsan Yunus belum menerima surat panggilan dari KPK. Menurut Ali, KPK akan segera menjadwalkan ulang.

 

"Rencana pemeriksaan akan dijadwalkan kembali karena surat panggilan belum diterima oleh saksi," ucap Ali.

 

Adapun dua saksi lainnya yang dipanggil menjadi saksi kasus yang sama telah hadir dan tengah menjalani pemeriksaan. Keduanya adalah mantan ADC Menteri Sosial RI Eko Budi Santoso dan Direktur PT Integra Padma Mandiri.

 

Seperti diketahui, penyidik KPK menggeledah dua rumah di Jakarta dan Kota Bekasi. Dalam penggeledahan tersebut diamankan alat komunikasi dan sejumlah dokumen terkait perkara tersebut.

 

Lokasi pertama adalah sebuah rumah di Jalan Raya Hankam, Cipayung, Jakarta Timur, dan lokasi kedua adalah di Perumahan Rose Garden, Jatikramat, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Menurut sumber detikcom, rumah yang berada di Jakarta Timur adalah milik orang tua Ihsan Yunus.

 

Juliari Batubara ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus korupsi bansos Corona. Dia dijerat bersama empat orang lainnya, yaitu Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, Ardian IM, dan Harry Sidabuke.

 

Dua nama awal merupakan pejabat pembuat komitmen atau PPK di Kemensos. Sedangkan dua nama selanjutnya adalah pihak swasta sebagai vendor dari pengadaan bansos.

 

KPK menduga Juliari menerima jatah Rp 10 ribu dari setiap paket sembako senilai Rp 300 ribu per paket. Total setidaknya KPK menduga Juliari Batubara sudah menerima Rp 8,2 miliar dan Rp 8,8 miliar.

 

"Pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama, diduga diterima fee kurang-lebih Rp 12 miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh MJS (Matheus Joko Santoso) kepada JPB (Juliari Peter Batubara) melalui AW (Adi Wahyono) dengan nilai sekitar Rp 8,2 miliar," ucap Ketua KPK Firli Bahuri dalam konferensi pers sebelumnya.

 

"Untuk periode kedua pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul uang fee dari bulan Oktober 2020 sampai Desember 2020 sejumlah sekitar Rp 8,8 miliar, yang juga diduga akan dipergunakan untuk keperluan JPB," imbuh Firli. (dtk)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.