Latest Post

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto. (Foto: Dok. Puspen TNI) 

 

JAKARTA — Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menanggapi seruan pengunduran dirinya, tuntutan yang banyak disuarakan oleh para demonstran yang telah berdemonstrasi sejak Kamis, 28 Agustus 2025.

 

Menurut Sigit, pergantian jabatan merupakan hak prerogratif Presiden Prabowo Subianto.

 

“Terkait dengan isu yang mengenai Kapolri, itu merupakan hak prerogatif presiden,” kata Sigit, di Bogor Jawa Barat pada Sabtu, 30 Agustus 2025.

 

Sigit pun mengaku bahwa dirinya hanya seorang prajurit dan siap untuk diperintah kapan saja, termasuk yang menyangkut jabatan.

 

“Kita prajurit kapan saja siap,” tegas Sigit.

 

Seperti diketahui, Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mundur dari jabatan usai tewasnya pengemudi ojek online Affan Kurniawan yang dilindas rantis Brimob.

 

Permintaan itu disampaikan Ketua HMI MPO Jakarta Selatan (Jaksel) Fadhlan Rahman saat menggelar unjuk rasa di pintu utama Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Jumat, 29 Agustus 2025.

 

"Tuntutan kami, HMI MPO Cabang Jakarta Selatan, tak lain dan tak bukan, yang pertama adalah segera reformasi Polri. Kedua, tuntutan kami adalah segera copot Listyo Sigit Prabowo," kata Fadhlan.

 

Ia juga meminta Presiden Prabowo Subianto tidak berhenti mengusut tuntas kasus ini hanya lewat pernyataan resmi.

 

Namun, Fadhlan meminta aksi nyata agar internal Polri kembali ke jalur yang benar. (rmol)


DJ Donny 

 

JAKARTA — Kreator konten DJ Donny menyatakan bahwa keluarga Wakil Presiden Gibran Rakabuming telah menormalisasi tarian ini di kalangan pejabat. Terlebih lagi, tarian ini pertama kali dipraktikkan oleh ayahnya, Jokowi, saat menjabat sebagai presiden.

 

Pernyataan ini ia sampaikan menanggapi laporan bahwa Gibran kesal dengan tarian tersebut. DJ Donny menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah podcast bersama Dr. Richard Lee. Dalam video yang beredar, Dr. Richard awalnya menyatakan bahwa Gibran kesal dengan tarian para pejabat.

 

"Kesel kenapa? Dia kok yang menormalisasi joget-joget. Coba cari kontennya. Ini perlu nih. Tim kreatif coba cari kontennya," kata DJ Donny dikutip dari video podcast yang diunggah di Instagram @drlchannel.official, Sabtu (30/8/2025).

 

"Dia pernah ngomong, apa salahnya joget-joget. Yang menormalisasi joget-joget dia kok," sambungnya.

 

Bahkan, kata dia, joget-joget di istana dinormalisasi oleh bapaknya, Presiden ke-7 Jokowi. Hal yang tak pernah dilakukan di jaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

 

"Yang menormalisasi joget-joget di istana bapaknya (Jokowi). Zaman SBY ada(kah) joget-joget di istana? Nggak ada. Nyanyi ada. Joget nggak ada. Sampai masak semua joget, nggak ada," ucapnya.

 

"Apa dibilang nggak suka. Nggak usah lo cuci tangan. Nggak suka gue," tambahnya.

 

Bahkan, ia menegaskan kerusakan Indonesia hari ini bermula dari keluarganya.

 

"Semua awal mula kerusakan bangsa ini dari keluarga dia," tegasnya.

 

Ia menjelaskan maksudnya. Dimulai dari perubahan konstitusi, sampai rencana perubahan UU Pilkada.

 

"Konstitusi udah bener dirusak sama dia. Belum tahun lalu, bulan Juni. Demo di DPR akibat DPR disuruh mengubah UU Pilkada agar menguntungkan Kaesang jadi calon kepala daerah. Karena umurnya belum cukup waktu itu," bebernya.

 

DJ Donny menegaskan, apa yang ia ungkapkan bukan berita bohong. Tapi fakta.

 

"Ini fakta. Yang gua sampaikan ini hal-hal yang terjadi. Gue nggak mungkin bicara hoaks," pungkasnya. (fajar)

 

Anarkisme membakar Halte Transjakarta Pasar Senen. (Foto: RMOL/Ahmad Satryo) 

 

JAKARTA — Demonstrasi yang meletus di Jakarta menarik perhatian media asing, termasuk The New York Times (NYT). Dalam sebuah unggahan di akun TikTok-nya, @nytimes menyoroti tuntutan rakyat Indonesia, terutama terkait perubahan di parlemen, termasuk penghapusan tunjangan perumahan bagi anggota DPR.

 

Lebih lanjut, media AS tersebut juga menyinggung isu ekonomi Indonesia. Tingginya angka pengangguran dan inflasi disebut-sebut sebagai pemicu ketidakpuasan publik, yang berujung pada protes turun ke jalanan dan terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

 

“Polisi merespons dengan kekerasan, menyerang kerumunan, dan menembakkan gas air mata,” tulis NYT.

 

Aksi ini semakin meluas setelah pengemudi ojek online berusia 21 tahun tewas dilindas mobil rantis Brimob.

 

“Para pejabat Jakarta mengatakan mereka akan memberikan bantuan penuh untuk pemakamannya dan Presiden meminta agar tetap tenang,” tulis akun NYT. (rmol)


Dedi Mulyadi saat terkena lemparan batu dan diteriaki para pendemo 

 

JAKARTA — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengalami nasib buruk. Ia terkena lemparan batu saat mendekati para demonstran. Lebih lanjut, Dedi juga diteriaki saat mendekati para demonstran.

 

Tak hanya itu, Dedi juga diteriaki saat menghampiri pendemo. Teriakan demonstran pun beragam, ada yang menyentil 'Gubernur Konten' itu agar “jangan syuting dulu”.

 

Kejadian itu diketahui saat unjuk rasa gabungan pengemudi ojek daring atau Ojol dan mahasiswa di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Pada Jumat, 29 Agustus 2025.

 

Dedi mulanya muncul di tengah pendemo dikawal anggota TNI. Beberapa waktu kemudian, Dedi dilempari.

 

Akibatnya, pelipis sebelah kiri Dedi terkena lemparan.

 

Dalam sebuah video yang diunggah ulang di akun Instagram pribadinya, Dedi Mulyadi membagikan momen saat ia berdesak-desakan dengan para pendemo.

 

Setelah itu, Dedi memperlihatkan momen ketika ia mendapat perawatan dari petugas medis kepolisian yang hadir di lokasi kejadian.

 

 

Terlihat seorang polwan memasangkan plester pada pelipis orang nomor satu di Jawa Barat tersebut.

 

Dedi hanya bisa tertunduk dengan wajah dipenuhi coretan berwarna putih yang diduga pasta gigi, untuk menangkal atau mengurangi efek gas air mata.

 

Kendati demikian, pria yang akrab disapa Bapak Aing itu menjelaskan dalam keterangan video yang ia unggah bahwa dirinya baik-baik saja.

 

"Insyaallah saya nggak apa-apa," tulis Dedi Mulyadi, dilansir dari akun Instagram @dedimulyadi71 pada Sabtu, 30 Agustus 2025. (fajar)


Situasi terkini di depan Markas Komando (Mako) Brimob, Jakarta. (Foto: RMOL/Ahmad Satryo) 

 

JAKARTA — Suasana di kawasan Kwitang hingga Senen, Jakarta Pusat, kembali memanas pada Sabtu malam, 30 Agustus 2025. Seperti dilansir RMOL dari balik barikade Brimob yang terletak di depan Markas Komando (Mako) Brimob, massa mulai anarkis.

 

Massa yang datang dari arah Flyover Senen berupaya memancing emosi barikade Brimob dengan cara menyalakan kembang api dan mengarahkannya ke barikade Brimob.

 

Massa aksi berkali-kali menggunakan petasan kembang api dengan jumlah yang cukup banyak, dan nampak tembakan kembang api mereka mengenai tameng barikade Brimob.

 

Karena serangan petasan yang membabi buta, akhirnya barikade Brimob mengambil tindakan, menembakan gas air mata ke arah massa.

 

Gas air mata yang ditembak sempat memukul mundur massa, namun tidak lama berselang aksi balasan kembali dilakukan massa.

 

Suasana di sepanjang Jalan Arief Rachman Hakim Kwitang terpantau gelap, karena lampu jalan dan gedung-gedung sekitar dimatikan.

 

Aksi serang dari massa terus dilakukan ke arah barikade Brimob menggunakan petasan kembang api, dan sesekali melemparkan benda keras seperti botol air mineral dan juga batu. **


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.