Latest Post

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi di di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 28 Agustus 2025. (Foto: RMOL/Faisal Aristama) 


JAKARTA — Aparat kepolisian mengendus adanya pihak-pihak yang berupaya memanaskan situasi saat demonstrasi mahasiswa di Gedung DPR-MPR-DPD, Senayan, Jakarta, Kamis sore, 28 Agustus 2025.

 

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi mengungkapkan, asal usul pihak-pihak tersebut tidak jelas karena tidak memiliki struktur maupun identitas saat menggelar aksi unjuk rasa.

 

“Ya ini masih terus dilakukan pendalaman dan identifikasi,” ungkap Ade Ary kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan.

 

Secara umum, ia menyebut bahwa demonstrasi buruh yang dilakukan siang tadi dan mahasiswa di sore harinya berlangsung aman terkendali.

 

Namun demikian, Ade Ary menyebut hingga saat ini pihaknya bersama stakeholder terkait terus melakukan pemantauan di sejumlah titik pasca-demonstrasi.

 

“Rekan-rekan kami masih melakukan patroli mobile, memberikan imbauan-imbauan kepada masyarakat dalam rangka tetap menjaga kondusifitas,” tukasnya.

 

Pada hari ini, ribuan buruh melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung DPR RI. Mereka menggelar aksi sekitar 3,5 jam, dimulai pukul 10.00 WIB hingga 13.20 WIB.

 

Tak selang berapa lama, ratusan mahasiswa dari berbagai elemen kampus pun berunjuk rasa di gerbang Pancasila dan gerbang depan Gedung DPR. Tak berlangsung lama, aparat kepolisian memukul mundur massa aksi hingga berujung ricuh. (rmol)

 

Ricuh demo (Era.id/SA) 

 

JAKARTA — Jurnalis ERA, SA, nyaris menjadi korban perampasan ponsel saat sedang meliput kericuhan demo di Jalan Asia-Afrika, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8). Jurnalis ERA mengaku ponselnya sempat dirampas oleh polisi dan diminta menghapus video hasil laporan di tempat kericuhan.

 

Perampasan ponsel sekaligus permintaan untuk menghapus video itu dialami SA saat sedang memantau situasi demo yang berubah menjadi kericuhan di Jalan Asia-Afrika, Senayan. Ia mengaku kejadian ini bermula ketika dirinya merekam aksi saling serang antara polisi dan pedemo.

 

"Jadi tadi videoin ricuh, polisi saling serang sama massa di Jalan Asia-Afrika. Nggak lama di sisi sebelah kiri jalan, ada keramaian. Di lihat dari jauh, polisi nangkep satu massa. Massa itu digebukin," ujar SA.

 

Lalu, kata SA, ia yang berusaha mendekat dan ingin mengabadikan kejadian itu langsung dihampiri seorang polisi yang mengenakan pakaian preman. SA diminta tidak mendekat ke lokasi kejadian dan merekam insiden tersebut.

 

"Terus mau ngedeket, polisi pakaian preman langsung narik saya bilang ‘udah jangan video-video. Jangan ke sana (ngedekat)’," jelasnya sambil menirukan ucapan polisi tersebut.

 

Tidak berhenti sampai di situ saja, polisi berpakaian preman itu kemudian merangkul SA dan berusaha untuk merampas ponselnya. Namun SA berusaha melawan dengan menantang polisi itu untuk ikut bersamanya.

 

"Terus saya dirangkul, bilang ‘videonya hapus’. Hp saya dipegang mau diambil. Saya tahan terus bilang ‘kenapa nggak boleh? Itu yang lain videoin. Ayo ikut lihat siapa aja yang videoin’," tegasnya.

 

Pasca ditantang oleh SA, polisi berpakaian preman itu tidak berani melawan. Oknum itu memilih pergi dan melepaskan SA tanpa merampas ponsel miliknya.

 

"Abis itu dia pergi ngejauh tinggalin saya," pungkasnya.

 

Aksi saling serang ini diketahui terjadi di Jalan Asia-Afrika, Senayan, dekat dengan Mal Senayan City. Massa menyerang petugas dengan melempar batu, bambu, hingga molotov.

 

Tindakan itu melukai seorang polisi yang kemudian dibalas dengan lemparan batu dan bambu. Aksi saling serang yang berlangsung sebentar itu kemudian dilanjutkan dengan tembakkan kembang api ke arah polisi. 

 

Polisi lantas membalas tembakkan kembang api itu dengan water cannon dan gas air mata. ***

 

Ilustrasi massa demo terlibat bentrokan dengan petugas kepolisian di kawasan Palmerah, Jakarta. (Salman Toyibi/Jawa Pos) 


JAKARTA — Aksi protes ribuan orang di sekitar Gedung MPR/DPR di Senayan, Jakarta, semakin memanas. Bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan dimulai pada Kamis sore (28 Agustus).

 

Setelah massa buruh membubarkan diri sejak siang hari, giliran mahasiswa dan pelajar yang mendatangi lokasi.

 

Pantauan situasi di Jalan Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kembali memanas. Ribuan massa yang mayoritas remaja dan pelajar melakukan aksi perusakan dengan merobohkan kamera pengawas CCTV.

 

Tak berhenti di situ, mereka juga menutup jalur rel kereta menuju Tanah Abang dan Rangkasbitung. Aksi ini membuat arus transportasi semakin lumpuh.

 

Aparat kepolisian yang berjaga mencoba membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata. Namun, tembakan itu tak membuat mereka mundur.

 

Sebaliknya, massa justru membalas dengan menyalakan petasan dan kembang api ke arah aparat. Kondisi ini membuat suasana semakin tegang.

 

Kericuhan berdampak langsung pada lalu lintas di ibu kota. Ruas jalan tol dalam kota ditutup. Selain itu, Jalan Gatot Subroto juga telah ditutup sejak sore hari, menambah kepadatan di sejumlah titik alternatif.

 

Diketahui, Ribuan massa yang sebelumnya terkendali mulai memadati kawasan hingga menyebabkan kepadatan lalu lintas di sekitar Jalan Tol Dalam Kota.

 

Kondisi ini berdampak pada akses keluar tol Senayan atau DPR/MPR. Akibatnya, pihak Jasa Marga bersama kepolisian terpaksa melakukan rekayasa lalu lintas untuk menjaga keamanan pengguna jalan.

 

Situasi mulai memanas sejak pukul 15.00 WIB. Massa aksi mulai memasuki area jalan tol, sehingga pengalihan arus lalu lintas langsung diberlakukan.

 

“Demi keselamatan dan keamanan pengguna jalan, atas diskresi Kepolisian, Jalan Tol Cawang-Tomang-Pluit untuk sementara kami lakukan pengalihan lalu lintas selama aksi unjuk rasa berlangsung. Pengguna jalan dari arah Cawang diarahkan untuk putar balik di KM 08+100 dan 09+600, sedangkan pengguna jalan dari arah Slipi, diarahkan putar balik di KM 12+400,” ujar Ginanjar Rakhmanto, Senior Manager Representative Office 2 Jasa Marga Metropolitan Tollroad (JMT).

 

Jasa Marga menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan ini. Untuk sementara, pengguna jalan diimbau menghindari Ruas Tol Dalam Kota, terutama kawasan Semanggi dan Senayan, hingga situasi kondusif. 

 

Pengendara juga diminta memantau perkembangan terkini melalui media sosial resmi Jasa Marga, aplikasi TRAVOY yang menampilkan live CCTV, serta call center 24 jam di 14080. (fajar)


Gas air mata kadaluarsa (Era.id/Sachril) 

 

JAKARTA — Polisi terus memukul mundur pengunjuk rasa yang berdemonstrasi di Gedung DPR, Jakarta Pusat, pada Kamis, 28 Agustus 2025. Polisi diduga menggunakan gas air mata kedaluwarsa untuk memukul mundur para pengunjuk rasa.

 

Pembubaran massa ini dilakukan oleh kepolisian dengan sesekali menembakkan pelontar gas air mata. Penggunaan gas air mata ini agar massa bergegas membubarkan diri.

 

Pantauan ERA, massa terlihat kocar-kacir ketika terkena gas air mata. Di sisi lain, Brimob dan pasukan huru-hara masih bersiaga di sekitar Simpang Jalan Patal Senayan dan Jalan Asia-Afrika dekat traffic light.

 

Sesekali, terlihat polisi lewat dengan sepeda motor sambil membawa pedemo yang telah ditangkapnya.

 

Petugas itu kemudian berhenti ke depan polisi yang berjaga di Simpang Patal Senayan. Pedemo yang ditangkap itu lalu dikeroyok. Setelah itu, dia dibawa diduga untuk diperiksa.

 

Terlihat juga ada banyak bungkusan putih berserakan di dekat Simpang Jalan Patal Senayan. Saat dicek, plastik itu diduga adalah bungkus pelontar gas air mata.

 

Bungkus gas air mata itu tidak dihiraukan aparat kepolisian. Pada bungkus gas air mata itu tertulis waktu kedaluwarsa jatuh pada April 2023.

 

"38 mm TEAR GAS SHELL. Mfg: April 2020. Exp: April 2023," demikian isi tulisan di bungkusan tersebut.

 

Hingga berita ini diturunkan, massa masih bertahan di sekitar lokasi. **

 

Akses jalan protokol dari Pejompongan menuju Jalan Palmerah Timur atau Stasiun Palmerah ditutup sementara pada Kamis petang, 28 Agustus 2025. (Foto: RMOL/Bonfilio Mahendra) 

 

JAKARTA — Akses jalan protokol dari Pejompongan menuju Jalan Palmerah Timur atau Stasiun Palmerah ditutup sementara pada Kamis petang, 28 Agustus 2025.

 

Hal ini dikarenakan aksi massa menyerang barikade polisi ke arah Stasiun Palmerah.

 

Mulai dari batu, bambu, sampat botol beling hingga petasan dilempar oleh massa ke arah polisi.

 

Awalnya, polisi hanya menahan namun beberapa saat kemudian, petugas Brimob menembakan gas air mata ke arah massa.

 

Massa pun mundur ke arah Pejompongan dan traffic light Slipi.

 

Beberapa saat setelah mundur, massa kembali menyerang petugas dan saling serang pun tak terhindarkan. Pengamatan redaksi, massa tidak satupun menyampaikan aspirasi.

 

Sementara itu, lalu lintas KAI Commuter dari Stasiun Tanah Abang ke Palmerah maupun sebaliknya juga lumpuh. (rmol)

 

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.