Latest Post

Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Bintang Mahaputra Utama kepada Seskab Teddy Indra Wijaya di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/8/2025).(Tangkapan Layar YouTube Kompas TV) 

 

JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Bintang Mahaputera Utama kepada Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Infantri Teddy Indra Wijaya pada upacara penganugerahan Medali Kehormatan Republik Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/8/2025).

 

Acara tersebut turut dihadiri oleh lebih dari 100 tokoh masyarakat, purnawirawan TNI, anggota Kabinet Merah Putih, pimpinan lembaga legislatif, tokoh yudikatif, tokoh kepolisian, tokoh musik, tokoh sastra, serta budayawan yang menerima penghargaan dan tanda jasa dari Presiden Prabowo.

 

“Beliau berjasa luar biasa dalam bidang pemerintahan dan pelayanan publik, dikenal sebagai sosok yang penuh disiplin, tegas, dan loyalitas dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara, aktif memastikan koordinasi lintas kementerian dan lembaga berjalan cepat, dan efisien sehingga terwujudnya pelayanan yang efektif untuk masyarakat Indonesia,” ungkap pembawa acara saat prosesi penyematan tanda kehormatan kepada Teddy, dikutip dari Antaranews. 

 

Ibunda Teddy, Mayor Caj (K) Patris R. A. Rumayan, turut mendampingi anaknya dalam prosesi tersebut, dan Presiden Prabowo juga menyapa secara langsung.

 

Makna Bintang Mahaputera Utama

 

Bintang Mahaputera Utama adalah salah satu tanda kehormatan tertinggi Republik Indonesia yang diberikan kepada individu yang berjasa luar biasa dalam menjaga keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

 

Tanda kehormatan ini pertama kali diberikan pada 1961 dan rutin dianugerahkan setiap Agustus dalam rangka peringatan HUT RI.

 

Para Penerima Tanda Kehormatan Lainnya

 

Selain Teddy Indra Wijaya, sebanyak 117 tokoh lain juga menerima tanda kehormatan, yang terdiri dari 10 kategori, antara lain: Bintang Republik Indonesia Utama, Bintang Mahaputera Adipurna, Adipradana, Utama, Pratama, Nararya, Jasa Utama, Jasa Nararya, Kemanusiaan, Budaya Parama Dharma, dan Sakti. (kompas


Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, saat ditemui di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 25 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/Ali Mansur) 

 

JAKARTA — Keterlibatan pelajar dalam demonstrasi di kawasan Gedung DPR, Jakarta Pusat tersebut, para demonstran sempat bentrok dengan aparat Polda Mero Jaya Senin, 25 Agustus 2025.

 

"Kami menyayangkan keterlibatan pelajar. Setelah ditanya, mereka mengaku hanya ingin menonton aksi unjuk rasa. Ini tidak perlu. Pelajar seharusnya fokus belajar di sekolah, apalagi ini masih jam sekolah," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi kepada awak media, Senin, 25 Agustus 2025.

 

Imbas bentrokan, sejumlah fasilitas umum rusak, termasuk separator Transjakarta, pembakaran kendaraan bermotor.

 

"Hal yang disayangkan, ada pihak lain yang mencoba memanfaatkan situasi untuk mengganggu Kamtibmas. Ada kendaraan roda dua dibakar, pagar kawat depan DPR dirusak, dan separator TransJakarta dirobohkan," ujarnya.

 

Ia menegaskan, polisi akan mengambil tindakan tegas bagi pihak-pihak penggangu keamanan saat aksi demonstrasi , tetapi tetap dengan pendekatan humanis.

 

"Keamanan adalah harapan kita bersama. Bapak Kapolda Metro Jaya mengingatkan agar pengamanan dilakukan secara humanis," tuturnya.

 

Lebih lanjut, Ade juga meminta orang tua memperketat pengawasan anak-anak mereka agar tidak terlibat dalam kegiatan yang tidak bermanfaat.

 

"Mohon orang tua mengecek anak-anaknya. Jangan sampai pelajar menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak perlu seperti menonton demo," tuturnya. (poskota)


Suasana tol dalam kota di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 25 Agustus 2025. (Foto: RMOL/Bonfilio Mahendra) 


JAKARTA — Demonstrasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, pada Senin, 25 Agustus 2025, berdampak pada akses jalan menuju dan dari Slipi. Jalan tol dalam kota juga ditutup akibat aksi unjuk rasa yang tak terkendali.

 

Akibatnya, jalan tol dalam kota lumpuh total. Tembakan gas air mata mengaburkan jarak pandang dan mengepulkan asap, mengganggu lalu lintas.

 

Aparat keamanan selanjutnya mengalihkan kendaraan di tol menuju Slipi, belok ke arah Senayan. Selanjutnya dari Slipi, kendaraan dialihkan ke arah Tanah Abang.

 

Para demonstran yang awalnya memadati Jalan Gatot Subroto kini berhamburan ke arah Slipi dan Karet Bivak, seperti dilansir RMOL.

 

Kemacetan lalu lintas juga terjadi di kawasan Senayan dan Slipi. Situasi di sekitar Gedung DPR sudah mulai mereda.

 

Selain itu,  belum diketahui secara pasti kapan tol dalam kota akan dibuka kembali. ***


Sepeda motor yang diduga milik warga yang sedang berkunjung ke Gedung DPR dibakar oleh massa aksi di Jalan Gelora, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 25 Agustus 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Ali Mansur) 


 JAKARTA — Aksi unjuk rasa yang dilakukan elemen masyarakat mulai dari sekolah hingga pelajar bertajuk "Revolusi Rakyat Indonesia" di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin, 25 Agustus 2025, berakhir ricuh.

 

Unjuk rasa menentang kenaikan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berlangsung di dua lokasi di depan dan di belakang Gedung DPR.

 

Awalnya, polisi sempat didesak mundur oleh pasukan gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dari area depan Gedung DPR di Jalan Gatot Subroto.

 

Namun, massa demonstran tidak surut, mereka bergerak menuju pintu masuk belakang gedung, tepatnya di Gerbang Pancasila, dekat lapangan tembak Senayan, untuk melanjutkan aksi protes.

 

Seperti sebelumnya, aksi penyampaian pendapat di depan Gerbang Pancasila kembali ricuh. Situasi semakin memanas ketika sebuah sepeda motor dibakar oleh massa.

 

Berdasarkan informasi awal, motor tersebut diduga milik seorang tamu yang sedang berkunjung ke Gedung DPR. Aksi pembakaran ini memicu ketegangan lebih lanjut di lokasi.

 

Bentrokan kedua antara demonstran dengan aparat kepolisian itu kembali pecah setelah sejumlah orator aksi menyampaikan aspirasinya dari mobil komando, sekitar pukul 14.58 WIB.

 

Tiba-tiba beberapa demonstran yang didominasi seragam sekolah putih abu-abu itu merusak seng penutup pagar gedung DPR. Orator sempat meminta agar peserta aksi tidak tidak merusak pagar, tapi tak diindahkan.

 

"Semuanya maju. Pukul mundur," teriak aparat dari pengeras suara memberikan instruksi.

 

Tiba-tiba, tembakan gas air mata meletus, diiringi dengan kepulan asap putih yang memberikan mata.

 

Spontan ratusan demonstran berlarian ke arah Jalan Tentara Pelajar, tapi aksi aparat kepolisian itu memicu perlawanan peserta aksi dengan melempar botol minuman hingga batu ke arah polisi.

 

Para peserta aksi unjuk berlarian ke dua arah, ke Jalan Palmerah Barat dan ke arah Palmerah Timur dan beberapa di antara mereka juga masuk ke Stasiun Palmerah melalui jembatan penyeberangan.

 

Tidak hanya demonstran, beberapa pedagang di Jalan Gelora pun ikut kocar-kacir menjauh dari lokasi bentrokan.

 

"Waduh kacau ini, awas-awas," teriak seorang pedagang mi ayam sembari mendorong gerobak dagangannya.

 

Setelah hampir 30 menit polisi memukul mundur peserta aksi, bentrokan kembali mereda. Akibat bentrokan ini, polisi memblokir sementara Jalan Palmerah Timur, saat ini kondisi jalanan tampak lengang.

 

Hingga berita ini dibuat, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian, terkait dua bentrokan ini. Termasuk apakah ada peserta aksi yang ditangkap. (poskota)


Mahasiswa di Makassar meminta Sri Mulyani mundur dari jabatannya (Foto: Muhsin/fajar) 

 

MAKASSAR — Menyusul pernyataan kontroversial Menteri Keuangan Sri Mulyani, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Federasi Rakyat Demokrasi Makassar (FREEDOM) menuntutnya segera mengundurkan diri, Senin (25/8/2025).

 

Para mahasiswa menilai menteri yang juga menjabat di era Jokowi itu telah menyakiti perasaan para guru, khususnya guru honorer.

 

Seperti dilansir Fajar.co.id, di simpang Jalan AP Pettarani-Hertasning, para demonstran membawa dua spanduk berukuran besar dan panjang.

 

Kedua spanduk tersebut berisi ungkapan protes terhadap pemerintah yang dianggap gagal memberikan kebijakan sesuai dengan kebutuhan rakyat.

 

"Rakyat menjerit, ganti Presiden," tertulis pada spanduk yang mereka bentangkan.

 

"Guru bukan beban negara," nampak pada spanduk yang lain.

 

Wawan, salah satu orator menegaskan bahwa Sri Mulyani tidak berpikir panjang terlebih dahulu sebelum mengeluarkan statement.

 

"Kami tegaskan, ribuan guru honorer yang ada di Indonesia cita-citanya betul-betul mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Wawan.

 

Ironisnya, kata Wawan, Sri Mulyani justru menyakiti hati para guru honorer setelah konotasi pernyataannya menyebut mereka beban negara.

 

"Tapi pernyataan ibunda Sri Mulyani membuat guru honorer sakit hati," tandasnya.

 

Untuk diketahui, selain soal guru dan dosen yang dituding sebagai beban negara, mahasiswa juga membawa sejumlah tuntutan.

 

Di antaranya sahkan UU Perampasan Aset, copot Menteri Keuangan Sri Mulyani, copot Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, evaluasi Kementerian KLHK, hingga kenaikan gaji anggota DPR RI. **

 

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.