Latest Post

Konferensi pers di kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa, 2 September 2025. (Beritasatu.com/Hendro Dahlan Situmorang) 


JAKARTA — Sebanyak 11 orang tewas dalam gelombang demonstrasi besar-besaran di sejumlah daerah di Indonesia sejak 25 Agustus hingga 2 September 2025.

 

Korban berjatuhan akibat demonstrasi yang diwarnai kerusuhan dan tindakan represif aparat kepolisian saat menghadapi massa.

 

"Jumlah korban pun terus bertambah mulai 28 Agustus hingga 2 September 2025 ini," kata kata Ketua Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) Anis Hidayah saat jumpa pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa (2/9/2025).

 

Menurutnya, korban meninggal berasal dari mahasiswa, pengemudi ojek online (ojol), pelajar, tukang becak, hingga pegawai DPRD.

 

Komnas HAM menduga ada unsur tindakan kekerasan aparat dalam penanganan demo sehingga mengakibatkan jatuhnya korban.

 

11 Korban Meninggal Dunia dalam Demo 25 Agustus hingga 2 September 2025:

1. Affan Kurniawan (21 tahun)

Affan, pengemudi ojol asal Jakarta meninggal dunia setelah dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob saat aparat kepolisian membubarkan massa pendemo di Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025) malam.

 

Affan tidak ikut berdemo, ia kebetulan berada di lokasi saat akan mengantar pesanan makanan untuk konsumennya di Jalan Bendungan Hillir.

 

2. Muhammad Akbar Basri (26 tahun)

Pegawai Humas DPRD Makassar tersebut meninggal dunia akibat terjebak di dalam bangunan saat Gedung DPRD Makassar dibakar massa pada Jumat (29/8/2025) malam.

 

3. Sarinawati (26 tahun)

Pegawai DPRD Makassar meninggal terjebak dalam kebakaran Gedung DPRD Makassar.

 

4. Saiful Akbar (43 tahun)

Plt kepala seksi kesra Kecamatan Ujung Tanah ini juga meninggal dalam kebakaran Gedung DPRD Makassar. Saat itu dia hadir ikut rapat paripurna mewakili camat, dan tidak sempat keluar saat massa membakar gedung.

 

5. Rusdamdiansyah (25 tahun)

Rusdamdiansyah, pengemudi ojol di Makassar meninggal setelah dikeroyok massa karena dikira sebagai intel dalam demonstrasi di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

 

6. Sumari (60 tahun)

Tukang becak asal Solo yang meninggal dunia diduga akibat terkena tembakan gas air mata saat terjadi bentrokan massa dengan aparat di Surakarta, Jawa Tengah.

 

7. Rheza Sendy Pratama (21 tahun)

Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta meninggal dunia dengan luka memar dan bekas pijakan sepatu di tubuhnya. Rheza ikut berdemo di depan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia kemudian jadi korban diduga akibat tindakan represif aparat.

 

8. Andika Lutfi Falah (16 tahun)

Siswa kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 14 Kabupaten Tangerang ikut demo di Jakarta pada 29 Agustus 2025. Dia diduga menjadi korban saat massa bentrok dengan aparat. Andika dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Mintoharjo dengan kondisi luka berat pada bagian kepala belakang akibat benturan benda tumpul, nyawanya tak terselamatkan.

 

9. Iko Juliant Junior (19 tahun)

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang angkatan 2024. Ia pamit ke orang tuanya pergi ke kampus dengan membawa jas almamater. Dia kemudian bergabung dengan massa demo.

 

Iko dikabarkan kritis dan harus menjalani operasi di RSUP dr Kariadi, Semarang. Pengakuan orang tuanya, Iko sempat mengigau meminta untuk tidak dipukuli lagi, namun penyebab sebenarnya dari kematiannya masih belum terungkap.

 

10. Budi Haryadi (30 tahun)

Anggota Satpol PP Kota Makassar meninggal dalam demi rusuh di Makassar.

 

11.  Septinus Sesa

Warga saat aksi blokade di kawasan Wirsi dan Jalan Yosudarso, Manokwari. Kasus kematiannya masih diselidiki yang melibatkan Komnas HAM, Ombudsman, hingga LBH untuk menjamin transparansi. (beritasatu)


Presiden Prabowo Subianto seusai menjenguk korban demo di RS Polri, Senin 1 September 2025 (YouTube/Beritasatu) 

 

JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto menegaskan kembali komitmennya untuk membela rakyat dan berjanji tidak akan mundur menghadapi tindakan anarkis yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

 

“Demi Allah saya tidak akan mundur setapak pun, saya yakin rakyat bersama saya,” kata Prabowo saat memberikan keterangan pers usai menjenguk korban aksi demonstrasi di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, dilansir dari Antara Senin (1/9/2023).

 

Presiden menyampaikan keprihatinan atas puluhan korban luka, baik dari unsur kepolisian maupun masyarakat. Saat ini, terdapat 17 orang masih dirawat, termasuk seorang perempuan yang mengalami patah tulang setelah motornya dirampas perusuh.

 

Prabowo menegaskan hak menyampaikan pendapat dijamin undang-undang, tetapi harus dilakukan secara damai dan sesuai aturan. “Kalau demonstran murni yang baik justru oleh aparat harus dilindungi,” ujarnya.

 

Namun, ia menilai sejumlah aksi telah disusupi perusuh yang berniat merusak fasilitas publik, termasuk gedung DPR dan DPRD. “Niatnya bukan menyampaikan pendapat, niatnya adalah bikin rusuh, mengganggu kehidupan rakyat, menghancurkan upaya pembangunan nasional,” kata Presiden.

 

Pemerintah, menurut Prabowo, akan bertindak tegas dan mengusut tuntas pihak yang bertanggung jawab. “Saya tidak ragu membela rakyat, saya akan hadapi mafia-mafia yang sekuat apapun atas nama rakyat,” tegasnya.

 

Presiden juga memerintahkan kenaikan pangkat luar biasa bagi seluruh polisi yang menjadi korban, sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian mereka menjaga keamanan negara.

 

Dalam kunjungan ke RS Polri Kramat Jati, Prabowo didampingi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Ia menyatakan terpanggil untuk melihat langsung kondisi aparat yang terluka akibat membela negara dan rakyat.

 

“Hari ini, saya merasa terpanggil, harus menengok petugas-petugas kita, prajurit-prajurit kepolisian yang cedera,” ujar Presiden.

 

Secara keseluruhan, jumlah polisi dan warga yang cedera akibat kericuhan aksi massa pekan lalu mencapai lebih dari 40 orang, sebagian besar telah selesai menjalani perawatan dan kembali ke rumah masing-masing. (beritasatu)


Presiden RI Prabowo Subianto di RS Polri, Jakarta, Senin, 1 September 2025 (Foto: RMOL/Hani Fatunnisa) 

 

JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto telah meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memberikan kenaikan pangkat kepada para aparat kepolisian yang terluka saat bertugas mengamankan demonstrasi beberapa hari terakhir.

 

“Saya sampaikan ke Kapolri, saya minta semua petugas dinaikin pangkat. Dinaikin pangkat luar biasa karena bertugas di lapangan membela negara, membela rakyat, menghadapi anasir-anasir," Prabowo usai menjenguk para korban di Rumah Sakit (RS) Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin, 1 September 2025. 

 

Prabowo mengungkapkan terdapat 43 korban luka yang dirawat di RS Polri, sebagian sudah pulang dan tersisa 17 pasien.  Mereka terdiri dari Empat belas anggota dan tiga masyarakat. 

 

Menurutnya, dari pasien demo yang masih dirawat, terhadap 13 di antaranya yang mengalami luka serius hingga harus menjalani operasi besar.

 

“Saya sudah tengok 13 di atas, ada yang berat kepalanya sampai harus operasi, tempurung kepala diganti titanium, ada yang tangannya putus dan alhamdulillah dapat disambung lagi,” jelasnya.

 

Kondisi paling parah dialami seorang korban yang mengalami kerusakan ginjal akibat diinjak-injak.

 

“Beliau sekarang harus dicuci darah. Kalau perlu kita cari transplantasi. Kalau tidak bisa diperbaiki, ginjal ini sangat berat,” jelasnya.

 

Presiden menyebut aparat yang bersalah akan ditindak sesuai hukum. Namun, ia juga menekankan bahwa masyarakat tidak boleh melupakan pengorbanan aparat yang berjaga siang dan malam menjaga keamanan negara.

 

”Kalau ada kesalahan akan ditindak. Tapi jangan lupa, puluhan petugas sudah berkorban. Polisi siang malam menjaga keamanan di seluruh pelosok tanah air,” tegasnya. (rmol)


Demo di Kota Bandung hari ini (1/9), spanduk protes dibentangkan di gerbang Kantor DPRD Jawa Barat 


JAKARTA — Demonstrasi yang dilakukan oleh berbagai elemen mahasiswa kembali digelar pada Senin, 1 September 2025. Kali ini, demonstrasi mulai berfokus menyuarakan tuntutan pencopotan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

 

Para mahasiswa menuntut reformasi menyeluruh terhadap kepolisian. Mereka tidak ingin aparat keamanan yang mengamankan demonstrasi lebih mengutamakan arogansi daripada rasa tanggung jawab atas tugas mereka.

 

Di Bandung misalnya, elemen mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kepemudaan Cipayung Plus dari berbagai kampus, menuntut Presiden Prabowo Subianto mencopot Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo dari jabatannya.

 

Salah satu alasannya karena gejolak yang terjadi hingga memicu kerusuhan di berbagai daerah, imbas dari ulah anak buahnya yang memilih lari dari tanggung jawab saat menabrak salah satu driver ojek online (ojol), Affan Kurniawan.

 

Imbas ulah yang tidak bertanggung jawab itu, pengemudi ojol tersebut tewas dilindas kendaraan taktis (rantis). Tragedi memilukan yang disaksikan banyak mata.

 

Desakan pencopotan Kapolri ini disampaikan ratusan mahasiswa dalam aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (1/9/2025).

 

Massa menyuarakan kekecewaan mereka terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai gagal meredam gelombang demonstrasi belakangan ini. Mahasiswa menilai pemerintah tidak mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat.

 

"Pemerintah masih belum becus menyelesaikan masalah. Justru yang dilakukan adalah menambah kekuatan pengamanan. Ini menandakan ketidakmampuan pemerintah dalam mencari solusi," kata Koordinator Lapangan Cipayung Plus, Rafli Salam saat ditemui di sela-sela aksi.

 

Rafli menegaskan, langkah pemerintah dan aparat yang lebih mengedepankan pendekatan keamanan justru kian memicu perlawanan mahasiswa.

 

Ia menambahkan, aksi kali ini membawa sejumlah tuntutan, di antaranya reformasi Polri dan desakan pencopotan Kapolri.

 

"Kalau Kapolri tidak dicopot, kami akan melakukan eskalasi massa yang lebih besar. Ini bentuk kekecewaan karena kalau DPRD saja tidak sanggup menemui kami, artinya mereka tidak mampu menampung aspirasi rakyat," tegasnya.

 

Pantauan di lokasi, massa aksi memadati pelataran Gedung DPRD Jabar. Spanduk berisi tuntutan mahasiswa terbentang di pintu masuk gedung, sementara orasi terus disuarakan bergantian oleh perwakilan organisasi yang hadir.

 

Tuntutan pencopontan kapolri juga disuarakan mahasiswa yang menggelar aksi demo di Kota Makassar. Mahasiswa mengecam keras anggota brimob yang memilih melindas ojol dibanding menghentikan mobilnya.

 

Nampak pada spanduk yang mereka bentangkan, mahasiswa menuntut agar Kapolri, Jenderal Pol, Listyo Sigit Prabowo dicopot dari jabatannya.

 

"Mengecam keras tindakan represif Kepolisian yang melindas ojol hingga meninggal," tertulis pada spanduk yang mereka bawa. (fajar)

 

Yaqut Cholil Qoumas 

 

JAKARTA — Mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyelesaikan pemeriksaan di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama sekitar tujuh jam.

 

Ia diperiksa terkait dugaan tindak pidana korupsi kuota haji 2023-2024 yang mengakibatkan kerugian negara lebih dari Rp1 triliun.

 

Pantauan di lokasi, Yaqut tiba di gedung KPK pukul 09.19 WIB dan selesai menjalani pemeriksaan pada pukul 16.21 WIB, Senin (1/9/2025).

 

“Memperdalam keterangan yang saya sampaikan di pemeriksaan sebelumnya. Jadi ada pendalaman,” ujar Yaqut usai pemeriksaan. (beritasatu)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.