Latest Post


 

SANCAnews.id – Polda Metro Jaya mengakui salah atas hasil identifikasi wajah alias face recognition terhadap Abdul Manaf, pria yang diduga sebagai salah satu pelaku pengeroyokan pegiat media sosial Ade Armando.

 

Sebelumnya, foto Abdul Manaf diperlihatkan oleh polisi saat merilis terduga pelaku pengeroyokan Ade Armando oleh sekelompok orang ketika hadir di tengah aksi mahasiswa di depan gedung DPR RI.

 

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Zulpan menyampaikan, pihaknya telah bertemu langsung dengan Abdul Manaf di kediamannya di Karawang, Jawa Barat.

 

Usai ditemukan, polisi pun langsung melakukan pemeriksaan terhadap Abdul Manaf. Hasilnya, ia ternyata tak terlibat dalam peristiwa pemukulan terhadap Ade.

 

"Dan sudah kita lakukan pemeriksaan terhadap alibi Abdul Manaf dan orang di sekitarnya pada tanggal tersebut tanggal dan jam terjadinya pemukulan di depan DPR MPR RI itu Abdul Manaf berada di Karawang jadi dia tidak melakukan kegiatan itu," kata Zulpan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Rabu (13/4).

 

Zulpan lantas menjelaskan mengapa face recognition bisa salah sasaran. Sebab, kata dia, saat identifikasi wajah itu tidak 100 persen akurat.

 

"Karena orang yang kita duga pelaku itu menggunakan topi sehingga begitu topinya dibuka tingkat akurasinya tidak 100 persen. Jadi Abdul Manaf bisa dikatakan bukan sebagai pelaku," ujarnya.

 

Dalam kasus ini, polisi telah menangkap tiga tersangka. Ketiganya adalah Komarudin, Muhamad Bagja, dan Dhia Ul Haq. Komarudin dan Bagja lebih dulu ditangkap. Sedangkan Dhia ditangkap pada Rabu (13/4) di Pondok Pesantren Almadad Serpong. Setidaknya ada enam orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pengeroyokan ini. (rmol)




SANCAnews.id – Pegiat media sosial Nicho Silalahi mengkritik BuzzeRp dalam kasus pengeroyokan terhadap Ade Armando.

 

Nicho menilai para BuzzeRp berteriak tentang kemanusiaan dalam kasus Ade Armando, sementara diam terhadap tewasnya 6 orang yang merupakan laskar FPI. 

 

Bahkan, kata Nicho, para BuzzeRp merundung dan mencaci maki kasus 6 orang tersebut.

 

"Giliran satu dedengkotnya digebukin malah teriak kemanusiaan, Kalian Sehat?" tanya Nicho dikutip dari akun Twitternya pada Senin (12/4/2022).

 

Seperti diketahui, Pegiat media sosial sekaligus Dosen Universitas Indonesia, Ade Armando dianiaya massa saat mengikuti aksi demonstrasi di depan gedung DPR RI, Senin.

 

Ade dianiaya sekumpulan massa yang diduga bukan dari kelompok mahasiswa. Dia dianiayai hingga tersungkur ke aspal bahkan celana panjang yang dikenakannya hilang.

 

Terkait kasus ini, polisi sudah menetapkan enam orang tersangka. dua orang telah ditangkap sementara empat orang lainnya masih buron. (era)



 

SANCAnews.id – Komentar salah seorang netizen yang menyamakan 6 laskar Front Pembela Islam (FPI) yang ditembak polisi di Tol KM 50 Cikampek dengan hewan membuat heboh jagat media sosial twitter.

 

Belakangan netizen yang menuliskan komentar itu diketahui bernama Arief Prihantoro dengan akun @ariefopg. Akun ini mengomentari pengeroyokan Ade Armando dan membandingkannya dengan pembunuhan 6 laskar FPI oleh polisi.

 

Dia mengatakan sangat bahagia mendengar 6 laskar FPI dibunuh polisi. Bahkan dia sebut mereka sebagai anjing yang dibantai polisi.

 

"Sebetulnya kasus Ade Armando nggak seberapa. Yang paling membahagiakan itu ketika melihat 6 ekor anjing FPI dibantai polisi," tulisnya di akun @ariefopg.

 

"Lihat bekas-bekas tembakannya sepertinya puas banget. Sayangnya kok cuma 6 ekor saja yang dibantai. Semoga segera menyusul anjing-anjing lainnya," sambung dia.

 

Cuitan itu viral. Dia dikecam sejumlah netizen. Identitasnya pun kini dicari-cari oleh warganet.

 

"Hahaha Demen gue banyak penyembah berhala Yaman kejang-kejang ketika gue bahagia saat ingat ada 6 ekor laskar FPI dimodyarin oleh polisi. Sama seperti bahagianya kalian saat tahu Ade Armando digebukin oleh gerombolan kalian. Kalian boleh bahagia, kenapa ane gak boleh sama-sama bahagianya seperti kalian," katanya manambahkan.

 

Sementara itu, orang tua dari salah satu laskar FPI yang tewas menyayangkan cuitan netizen tersebut. Kabarnya pihak keluarga akan membuat laporan polisi atas penyebaran ujaran kebencian

 

"Akun Ini @ariefopg menyamakan #6SyuhadaFPI yang salah satunya adalah Putra Saya Tercinta, dengan anjing. Saya tanya bapak Arief Prihantoro: Punya salah apa putra saya kepada anda dan atau kepada keluarga dan keturunan anda," tulis akun Aqse Abu Faiz.

 

Setelah vital, akun @ariefopg kini tak lagi bisa diakses. (radar)



 

SANCAnews.id – Wargenat Arief Prihantoro, pemilik akun Twitter @ariefopg disorot publik usai menyebut enam laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas di peristiwa KM 50 dengan sebutan binatang anjing.

 

Sontak, tulisannya tersebut memancing amarah warganet lain di media sosial. Tak terkecuali orang tua salah satu korban peristiwa KM 50 Faiz Ahmad Syukur, Suhada.

 

Ia tak habis pikir dengan apa yang ditulis @ariefopg dengan menyebut almarhum anaknya sebagai anjing.

 

"Akun ini @ariefopg menyamakan #6SyuhadaFPI yang salah satunya adalah putra saya tercinta, dengan anjing. Saya tanya Bapak Arief Prihantoro: Punya salah apa putra saya kepada anda dan atau keluarga dan keturunan anda?" cuit Suhada melalui akun Twiter @AqseJuga pada Selasa (12/4).

 

Ia kembali menunjukkan tangkapan layar tulisan @ariefopg yang menyebutkan enam laskar FPI dengan sebutan anjing.

 

"Sebetulnya kasus Ade Armando nggak seberapa. Yang paling membahagiakan itu ketika melihat 6 ekor anjing FPI dibantai polisi. Lihat bekas2 tembakannya sepertinya puas banget. Sayangnya kok cuma 6 ekor saja yg dibantai. Semoga segera menyusul anjing2 lainnya." tulis @ariefopg dalam tangkapan layar yang beredar.

 

Saat Kantor Berita Politik RMOL menelusuri akun Arief Prihantoro tersebut pada Rabu siang (13/4), akun @ariefopg sudah tidak ditemukan lagi.

 

Namun tangkapan layar yang dibagikan Suhada mendapat respons yang besar dari warganet. Hingga pukul 14.50, telah dikomentari lebih dari 1600 warganet dan dibagikan ulang lebih dari 4.650 kali. (*)




SANCAnews.id – Selain di depan Gedung DPR/MPR RI, demonstrasi juga dilakukan oleh ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa (APM) di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Senin kemarin.

 

Aksi unjuk rasa yang diikuti oleh sejumlah elemen mahasiswa itupun berakhir ricuh. Bahkan, seorang anggota polisi yang bertugas mengamankan aksi demo sempat terekam kamera warga memukul wajah salah satu mahasiswa peserta demonstrasi.

 

Demo di Sulawesi Selatan Berakhir Ricuh

Ratusan mahasiwa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda dan Mahasiswa (APM) di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan ikut turun ke jalan menggelar aksi unjuk rasa, Senin (11/4) kemarin. Tuntutan mereka pun sama seperti yang disampaikan oleh massa BEM SI yang menggelar aksi di depan gedung DPR/MPR RI.

 

Ada empat poin tuntutan yang disampaikan mahasiswa dalam unjuk rasa tersebut. Salah satunya ialah mendesak anggota parlemen untuk tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan tiga periode.

 

Awalnya aksi unjuk rasa itu berjalan dengan damai. Namun, saat mahasiswa hendak melakukan pembakaran ban bekas, polisi melarang kegiatan itu. Aksi saling dorong antara polisi dan mahasiswa pun tak terhindarkan. Kedua kubu pun saling tersulut emosi.

 

Polisi Terekam Kamera Tinju Wajah Mahasiswa

Seorang polisi yang tengah bertugas mengamankan massa aksi bahkan terekam kamera warga memukul wajah seorang mahasiswa yang ikut dalam aksi.

 

Dengan mencengkeram kerah alamamter berwarna ungu yang dikenakan seorang mahasiswa, polisi itu terlihat langsung melayangkan pukulan tepat di wajah mahasiswa tersebut.

 

Kemudian, seorang polisi lain yang ada di tempat kejadian pun tampak berusaha langsung melerai. Polisi yang melakukan pemukulan pun langsung pergi berlari meninggalkan lokasi.

 

Ramai Jadi Sorotan

Video yang merekam aksi pemukulan itupun langsung viral di media sosial dan ramai mendapat komentar dari warganet. Hal ini dikarenakan tindakan dari anggota polisi tersebut dinilai tak selaras dengan perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

 

Sebab, Kapolri sempat menginstruksikan kepada seluruh jajaran dan anggotanya untuk mengawal dan mengamankan aksi demonstrasi mahasiswa pada 11 April 2022 dengan mengedepankan pendekatan humanis.

 

Sebelumnya, Sigit sempat mengatakan bahwa dirinya memastikan Polri memiliki komitmen dalam rangka menjunjung tinggi HAM dan nilai-nilai demokrasi di Indonesia.

 

Pastikan Pelaku Pemukulan Ditindak

Setelah video pemukulan itu viral, pihak Propam Polres Enrekang, Sulawesi Selatan disebut memastikan akan menindak anggotanya yang kedapatan menonjok seorang mahasiswa saat mengamankan demo di Jalan Trans Sulawesi, Senin kemarin.

 

Saat ini, anggota polisi berpangkat bintara itu disebut tengah menjalani proses disiplin akibat perbuatannya. Sementara itu, beberapa mahasiswa juga disebut sudah diamankan polisi terkait kejadian tersebut. (merdeka)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.