SANCAnews.id – Habib Bahar bin Smith menyatakan tidak akan
takut dilaporkan ke polisi. Ia menegaskan seribu laporan pun akan dia hadapi.
Hal itu ditegaskan Habib Bahar saat diwawancarai Karni Ilyas
yang disiarkan kanal YouTube Karni Lyas Club pada Kamis (23/12).
Video tersebut berjudul “Bahar bin Smith ‘Saya Tidak Takut
Seribu Laporan Pun Saya Hadadapi”.
Dalam video itu Habib Bahar membeberkan alasannya mengkritik
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Habib Bahar mengungkit saat dia masih menjalani persidangan
beberapa waktu lalu.
Pada setiap persidangan, Habib Bahar selalu bersumpah untuk
memerangki kemungkaran dan kezaliman.
“Setiap sidang saya, ketika pledoi itu selalu saya di akhir
pledoi saya, saya Bahar bin Smith bersumpah demi Allah selama kedua mata saya
masih terbuka untuk melihat kemungkaran dan kezaliman, maka selama itu saya
tidak akan pernah tunduk kepada kemungkaran dan kezaliman tersebut. Itu sumpah
saya,” ucap Bahar.
Bahar menganggap banyak pernyataan Dudung yang tidak benar,
sehingga dia mengkritiknya.
Bahar membeberkan alasannya memanggail Dudung tanpa
embel-embel ‘bapak’ atau jenderal.
“Kita ini melihat suatu pernyataan dari Dudung. Mungkin
banyak orang bertanya ‘kenapa habib kok tidak memanggil bapak (Dudung)’. Kenapa
kok habib panggil nama (Dudung),” kata Bahar.
“Saya jawab, Dudung pernah memanggil nama Habib Rizieq dengan
sebutan nama Rizieq. Kalau Dudung saja yang kapasitasnya bukan ulama memanggil
Habib Rizieq dengan sebutan nama, terus kenapa saya harus menyebutnya dengan
sebutan bapak?,” tehas Bahar.
Saat berada di lapas, Bahar mengaku melihat tayangan televisi
yang menayangkan para anggota TNI menurunkan baliho Habib Rizieq.
Bahar juga menyaksikan pernyataan-pernyataan Jenderal Dudung
yang meminta agar FPI dibubarkan saja.
Ia menganggap pernyataan-pernyataan Dudung itu tidak benar.
Karena itulah Bahar berani mengkritik Dudung.
“Ketidakbenaran itu harus dilawan. Selama ini banyak yang
diam,” ucap Bahar.
Ia mencontohkan salah satu pernyataan Dudung yang dianggapnya
tidak benar.
“Seperti contoh dia (Dudung) mengatakan Tuhan itu bukan orang
Arab. Banyak ulama, kyai, habaib diam, sekalipun bersuara, hanya lewat tulisan.
Tapi saya tidak bisa seperti itu karena karakter saya bukan karakter seperti
itu,” tegas Bahar. (pojoksatu)