Kamar kosnya ADP, Menteng, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 202/Ist
JAKARTA — Arya Daru Pangayunan (ADP),
diplomat muda yang bertugas di Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia,
ditemukan tewas di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 2025.
Jasadnya tergeletak kaku, wajahnya dilakban, dan kamar terkunci rapat.
Dalam kasus yang disebut “bunuh diri” ini, publik dihadapkan
dengan rekaman CCTV yang secara visual tidak konsisten antara malam kejadian
dan pagi hari saat jasad ditemukan.
Hal tersebut disampaikan Advokat WSA LawFirm, Aura Akhman,
S.H., M.H. Dia menyoroti rekaman CCTV yang memperlihatkan situasi jelang
kematian Diplomat Arya Daru Pangayunan (ADP).
Melalui akun pribadinya di Threads, alumni Fakultas Hukum UGM
ini menuliskan analisisnya terkait anomali sudut kamera dalam kematian Arya.
Ringkasan data visual pada gambar pertama yang diunggahnya
tertera tanggal 7 Juli 2025, 23.24 WIB.
– Menampilkan ADP keluar kamar membawa kantong plastik
– Kamera tidak memperlihatkan pintu kamar korban
– Sudut hanya menunjukkan lorong dan sebagian jendela
Kemudian pada Gambar kedua (Pagi, 8 Juli 2025, ±07.37 WIB)
– Petugas membuka jendela dan masuk ke dalam kamar
– Kamera jelas menyorot pintu korban dan jendela -2-
Aura Akhman lantas membeberkan sejumlah pertanyaan investigatif:
Apakah kamera pada malam&pagi hari adalah kamera yg sama?
Jika ya, kenapa sudutnya berubah?
Jika berbeda, kenapa hanya satu sudut yg dipublikasikan ke
publik?
Mengapa pada waktu paling krusial (malam kematian), justru
pintu ga terlihat?
Apakah pintu dg sengaja dikeluarkan dari sudut pandang
kamera?
Apakah ada perubahan posisi kamera yg disengaja setelah
kejadian?
Siapa yg mengakses sistem CCTV?
Apakah ada log teknis pengubahan sudut atau file rekaman?-3-
Ada pun analisis kerawanan forensik yang didapatinya yakni
sudut kamera tidak menangkap pintu pada malam hari atau blind spot yang dapat
dimanfaatkan pelaku. Namun, sudut kembali normal saat jenazah ditemukan.
"Dugaan adanya staging visual. Ga ada log akses publik
atas sistem CCTV Peluang manipulasi digital tanpa akuntabilitas. Tidak adanya
rilis full footage, Transparansi terhambat dan membuka ruang spekulasi. Dalam
penyidikan modern, kehilangan visual pada waktu krusial sama dengan kehilangan
integritas investigasi," urainya.
Dalam kematian yang terlalu sunyi, lanjut Aura Akham,
ketidakjelasan visual bukan hanya kebetulan. Bisa jadi itu adalah bagian dari
kejahatan itu sendiri.
"Sebagai Advokat dan Alumni UGM, saya menyerukan transparansi penuh, audit forensik digital independen. Penolakan atas kesimpulan prematur 'bunuh diri' tanpa pengujian tuntas atas bukti visual," demikian penjelasan Aura Akham.
Sebelumnya diberitakan, Meta Ayu Puspitantri sudah punya
firasat soal suaminya, Arya Daru Pangayunan (39). Semalaman, tak ada kabar dari
diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) itu.
Ketika firasat buruk mulai menggelayuti perasaan Meta Ayu
Puspitantri, dirinya berinisiatif meminta penjaga indekos untuk mengecek
kondisi kamar suaminya, Arya Daru Pangayunan.
Tak disangka, penjaga indekos menemukan sang diplomat Kemlu
RI itu sudah meninggal dunia dalam kondisi kepala dililit lakban di kamar
indekosnya di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa
(8/7/2025) pagi.
Sejatinya, Arya Daru Pangayunan akan berangkat ke Finlandia
untuk memenuhi tugas negara, akhir Juli ini. Namun, takdir berkata lain, Arya
Daru pergi untuk selama-lamanya meninggalkan istri dan dua anaknya.
Diketahui, dari pernikahan Arya dan Meta Ayu Puspitantri
dikaruniai dua anak, satu perempuan dan satu laki-laki. Meta Ayu Puspitantri
merupakan anak Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Basu Swasta
Dharmmesta.
Sama seperti Arya Daru Pangayunan, Meta Ayu Puspitantri juga
cukup aktif di media sosial.
Di akun Instagram pribadinya, @puspitantri, Meta Ayu
Puspitantri menyebut dirinya sebagai amateur art enthusiast atau penikmat seni
amatir, yang menunjukkan ketertarikannya di bidang seni. (fajar)