Gustika Jusuf Hatta. (Foto: Instagram)
JAKARTA — Cucu proklamator dan Wakil Presiden
pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta, Gustika Jusuf Hatta, turut
memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-80.
Berbeda dengan sejumlah anak atau keturunan pejabat lainnya,
wanita cantik ini merayakan kemerdekaan dengan cara unik yang mengundang
perhatian publik.
"Walau bukan Kamisan, pagi ini aku memilih kebaya hitam
yang sengaja kupadukan dengan batik slobog untuk memperingati 80 tahun
kemerdekaan Republik Indonesia," tulis Gustika, dilansir dari akun
instagramnya, Selasa (19/8/2025).
Dalam budaya Jawa, sambungnya, kain bukan sekadar busana,
melainkan sebuah isyarat, sebagaimana masyarakat Jawa kerap menyisipkan simbol
dalam berpakaian.
Motif slobog biasa dikenakan pada suasana duka: “slobog”
berarti longgar atau terbuka, melambangkan pelepasan dan pengantaran. Ia biasa
dipakai keluarga dalam prosesi pemakaman sebagai simbol merelakan sekaligus
mendoakan jalan yang lapang. (Take this as a silent protest, if you will, and a
way to embrace my 1/8th Javanese heritage + a way to convey my innermost
feelings. Probably would keep this up for the next five years 🤔)
"Di hari kemerdekaan tahun ini, rasa syukurku bercampur
dengan keprihatinan atas luka HAM yang belum tertutup. Bahkan kini kita
dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak
haram konstitusi," urai Gustika.
Militerisasi, sambungnya, kian merasuk ke ruang sipil, dan
hak-hak asasi rakyat Indonesia kerap dilucuti oleh penguasa yang tidak memiliki
tepa selira, yang mau menulis ulang sejarah bangsa dengan memutihkan dosa-dosa
penguasa beserta kroni-kroninya.
Jujur tidak sampai hati merayakan hari kemerdekaan Indonesia
ke-80 tanpa rasa iba, dengan peristiwa demi peristiwa yang mengkhianati nilai
kemanusiaan yang datang bertubi-tubi, seperti kekerasan aparat yang baru saja
mengorbankan jiwa di Pati minggu ini.
"Dukaku lahir dari rasa cinta yang mendalam pada
Republik ini. Bagiku, berkabung bukan berarti putus asa; dan merayakan bukan
berarti menutup mata. Berkabung adalah jeda untuk jujur menatap sejarah,
memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji-janji konstitusi kepada
Republik Indonesia," lanjut Gustika.
Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana
makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi
dan yang tinggal; yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam “peralihan.”
Simbol bahwa dari duka pun kita bisa menyemai harapan.
"Panjang umur, Republik Indonesia-ku ❤️🤍 〰️ Bonus: swipe ke slide terakhir untuk
lihat penjilat rezim dan menteri HAM (ironic) lagi joget di atas penderitaan
rakyat 🤪," sindirnya, menutup
postingannya. (fajar)